This Great Salvation/Justified by Christ/id

From Gospel Translations

(Difference between revisions)
Jump to:navigation, search
(New page: = Dibenarkan Oleh Yesus = Sebelum Martin Luther menjadi terkenal karena peran pentingnya dalam Reformasi, ia dikenal seluruh Eropa sebagai seorang pelajar hukum yang brilian. Yang paling ...)
 
(19 intermediate revisions not shown)
Line 1: Line 1:
-
= Dibenarkan Oleh Yesus =
+
{{info|Dibenarkan Oleh Yesus}}Sebelum Martin Luther menjadi terkenal karena peran pentingnya dalam Reformasi, ia dikenal seluruh Eropa sebagai seorang pelajar hukum yang brilian. Yang paling banyak mempengaruhi pendeta pengikut Agustinus ini adalah pembelajarannya akan hukum Allah di dalam Firman Tuhan. Saat ia merenungkan perintah-perintah Allah, ia menjadi sangat menyadari murka Allah. Setiap kali ia mempelajari pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus ia mengenal inilah Yang benar yang pada akhirnya akan menghakiminya.  
-
 
+
-
Sebelum Martin Luther menjadi terkenal karena peran pentingnya dalam Reformasi, ia dikenal seluruh Eropa sebagai seorang pelajar hukum yang brilian. Yang paling banyak mempengaruhi pendeta pengikut Agustinus ini adalah pembelajarannya akan hukum Allah di dalam Firman Tuhan. Saat ia merenungkan perintah-perintah Allah, ia menjadi sangat menyadari murka Allah. Setiap kali ia mempelajari pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus ia mengenal inilah Yang benar yang pada akhirnya akan menghakiminya.  
+
Kesadaran yang terus menerus itu merongrong Luther dengan perasaan bersalah yang tak terbendung. Sementara rekan-rekannya menghabiskan beberapa menit untuk mengaku dosa, ia menghabiskan berjam-jam. Sebagian orang mengira bahwa mentalnya tidak stabil.  
Kesadaran yang terus menerus itu merongrong Luther dengan perasaan bersalah yang tak terbendung. Sementara rekan-rekannya menghabiskan beberapa menit untuk mengaku dosa, ia menghabiskan berjam-jam. Sebagian orang mengira bahwa mentalnya tidak stabil.  
Line 7: Line 5:
Teolog Anthony Hoekema menggambarkan kesedihan mental itu membawa pada penemuan teologi besar Luther:  
Teolog Anthony Hoekema menggambarkan kesedihan mental itu membawa pada penemuan teologi besar Luther:  
-
:Martin Luther telah mencoba segalanya: tidur di atas lantai yang keras, tidak makan, bahkan menaiki sebuah tangga di Roma dengan tangan dan lututnya – tapi tidak berhasil. Para gurunya di biara memberitahunya bahwa ia telah melakukan cukup untuk mendapatkan kedamaian jiwa. Tapi ia tidak memiliki damai. Kesadarannya akan dosa terlalu dalam.
+
:Martin Luther telah mencoba segalanya: tidur di atas lantai yang keras, tidak makan, bahkan menaiki sebuah tangga di Roma dengan tangan dan lututnya – tapi tidak berhasil. Para gurunya di biara memberitahunya bahwa ia telah melakukan cukup untuk mendapatkan kedamaian jiwa. Tapi ia tidak memiliki damai. Kesadarannya akan dosa terlalu dalam.  
:Ia telah mempelajari kitab Mazmur. Kitab ini sering menyebut “kebenaran Tuhan.” Tapi istilah ini mengganggunya. Ia mengira itu berarti kebenaran Tuhan yang menghukum, dimana Ia menghukum orang berdosa. Dan Luther mengetahui ia adalah orang berdosa. Jadi manakala ia melihat kata kebenaran di dalam Alkitab, ia melihat merah.
:Ia telah mempelajari kitab Mazmur. Kitab ini sering menyebut “kebenaran Tuhan.” Tapi istilah ini mengganggunya. Ia mengira itu berarti kebenaran Tuhan yang menghukum, dimana Ia menghukum orang berdosa. Dan Luther mengetahui ia adalah orang berdosa. Jadi manakala ia melihat kata kebenaran di dalam Alkitab, ia melihat merah.
-
{{LeftInsert|"Pembenaran adalah memang jawaban Allah bagi semua pertanyaan manusia yang paling penting: Bagaimana seorang pria atau wanita dibenarkan dengan Tuhan? Kita tidak dibenarkan dengan Tuhan dengan sendirinya. Kita berada di bahwa murka Allah. Pembenaran adalah sangat penting, karena kita harus dibenarkan dengan Allah atau kita binasa selamanya… Kesulitannya adalah mayoritas orang saat ini tidak merasakan kebutuhan di area ini. Martin Luther telah merasakannya; hal itu menghantuinya. Ia tahu bahwa ia tidak benar dengan Allah, dan ia mengantisipasi konfrontasi dengan Allah yang murka di penghakiman terakhir. Allah menunjukkan kepadanya bahwa ia bisa mengalami hubungan yang benar dengan Allah melalui pekerjaan Yesus Kristus. Tetapi di jaman ini siapa yang merasakan intensitas kepedihan Luther?�UNIQ40abc13d0c3d96-ref-00000012-QINU" — James Montgomery Boice}}
+
{{LeftInsert|"Pembenaran adalah memang jawaban Allah bagi semua pertanyaan manusia yang paling penting: Bagaimana seorang pria atau wanita dibenarkan dengan Tuhan? Kita tidak dibenarkan dengan Tuhan dengan sendirinya. Kita berada di bahwa murka Allah. Pembenaran adalah sangat penting, karena kita harus dibenarkan dengan Allah atau kita binasa selamanya… Kesulitannya adalah mayoritas orang saat ini tidak merasakan kebutuhan di area ini. Martin Luther telah merasakannya; hal itu menghantuinya. Ia tahu bahwa ia tidak benar dengan Allah, dan ia mengantisipasi konfrontasi dengan Allah yang murka di penghakiman terakhir. Allah menunjukkan kepadanya bahwa ia bisa mengalami hubungan yang benar dengan Allah melalui pekerjaan Yesus Kristus. Tetapi di jaman ini siapa yang merasakan intensitas kepedihan Luther?<ref>James Montgomery Boice, ''Romans, Vol. I'' (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1991), p. 380, 447</ref>}}  
:Pada suatu hari ia membuka kitab Roma. Di sana ia membaca tentang injil Kristus yang adalah kekuatan Allah untuk keselamatan (1:16). Ini adalah sebuah kabar baik! Tetapi ayat selanjutnya berkata, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah“- ada kata buruk ''kebenaran'' itu lagi! Dan depresi Luther kembali lagi. Hal itu menjadi lebih buruk ketika ia meneruskan membaca tentang murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia (ayat 18).
:Pada suatu hari ia membuka kitab Roma. Di sana ia membaca tentang injil Kristus yang adalah kekuatan Allah untuk keselamatan (1:16). Ini adalah sebuah kabar baik! Tetapi ayat selanjutnya berkata, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah“- ada kata buruk ''kebenaran'' itu lagi! Dan depresi Luther kembali lagi. Hal itu menjadi lebih buruk ketika ia meneruskan membaca tentang murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia (ayat 18).
-
Maka Luther kembali ke ayat 17 lagi. Bagaimana bisa Paulus menuliskan kata-kata mengerikan seperti itu?...Tiba-tiba pencerahan datang padanya. “Kebenaran Tuhan” yang Paulus maksud di sini bukanlah keadilan Tuhan yang bersifat menghukum yang membuatNya menghukum orang berdosa, melainkan kebenaran yang Tuhan ''berikan'' kepada orang berdosa yang membutuhkan, dan yang orang berdosa itu terima dengan ''iman''. Ini adalah kebenaran yang sempurna dan tidak bercacat, didapatkan oleh Kristus, yang dengan kemurahan Tuhan berikan pada semua yang percaya. Luther tidak perlu lagi mencari dasar untuk kedamaian jiwa di dalam dirinya, di dalam perbuatan baiknya sendiri. Sekarang ia dapat melihat lepas dari dirinya sendiri dan melihat kepada Kristus, hidup dengan iman daripada bersembunyi dalam ketakutan. Pada saat itulah Reformasi Protestan lahir.<ref>Anthony Hoekema, ''Saved by Grace'' (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Co., 1989), p. 152. </ref>
+
Maka Luther kembali ke ayat 17 lagi. Bagaimana bisa Paulus menuliskan kata-kata mengerikan seperti itu?...Tiba-tiba pencerahan datang padanya. “Kebenaran Tuhan” yang Paulus maksud di sini bukanlah keadilan Tuhan yang bersifat menghukum yang membuatNya menghukum orang berdosa, melainkan kebenaran yang Tuhan ''berikan'' kepada orang berdosa yang membutuhkan, dan yang orang berdosa itu terima dengan ''iman''. Ini adalah kebenaran yang sempurna dan tidak bercacat, didapatkan oleh Kristus, yang dengan kemurahan Tuhan berikan pada semua yang percaya. Luther tidak perlu lagi mencari dasar untuk kedamaian jiwa di dalam dirinya, di dalam perbuatan baiknya sendiri. Sekarang ia dapat melihat lepas dari dirinya sendiri dan melihat kepada Kristus, hidup dengan iman daripada bersembunyi dalam ketakutan. Pada saat itulah Reformasi Protestan lahir.<ref>Anthony Hoekema, ''Saved by Grace'' (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Co., 1989), p. 152. </ref>  
-
{{RightInsert|'''Renungkan Roma 1:17.''' Frase kunci apa di ayat ini yang merevolusi pengertian Martin Luther tentang keselamatan? Bagaimana pengaruhnya bagi Anda?}} Luther melanjutkan dengan berkata bahwa doktrin pembenaran adalah doktrin yang olehnya Gereja berdiri atau jatuh. “Doktrin ini merupakan kepala dan batu penjuru Gereja yang melahirkan, memelihara, membangun dan melindungi Gereja. Tanpanya gereja Tuhan tidak dapat bertahan hidup untuk satu jam.” <ref>Sinclair Ferguson, ''The Christian Life: A Doctrinal Introduction'' (Carlisle, PA: The Banner of Truth Trust, 1989), p. 80. </ref>Di poin yang lain ia menambahkan, “Bila doktrin pembenaran ini hilang, maka semua doktrin kekristenan yang benar hilang.”<ref>John R.W. Stott, ''Only One Way: The Message of Galatians'' (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1968), p. 60. </ref>
+
{{RightInsert|'''Renungkan Roma 1:17.''' Frase kunci apa di ayat ini yang merevolusi pengertian Martin Luther tentang keselamatan? Bagaimana pengaruhnya bagi Anda?}}Luther melanjutkan dengan berkata bahwa doktrin pembenaran adalah doktrin yang olehnya Gereja berdiri atau jatuh. “Doktrin ini merupakan kepala dan batu penjuru Gereja yang melahirkan, memelihara, membangun dan melindungi Gereja. Tanpanya gereja Tuhan tidak dapat bertahan hidup untuk satu jam.”<ref>Sinclair Ferguson, ''The Christian Life: A Doctrinal Introduction'' (Carlisle, PA: The Banner of Truth Trust, 1989), p. 80. </ref>Di poin yang lain ia menambahkan, “Bila doktrin pembenaran ini hilang, maka semua doktrin kekristenan yang benar hilang.”<ref>John R.W. Stott, ''Only One Way: The Message of Galatians'' (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1968), p. 60. </ref>  
Ketakutan Luther akan murka Allah telah dibenarkan, seperti kita pelajari di bab sebelumnya. Semua orang Kristen harus mengingat siapa dan apa mereka sebelumnya: jahat dalam perilaku mereka, musuh Allah, sepenuhnya terasing dari-Nya, dan sasaran kemarahan-Nya. Tetapi mengenali masa lalu hanya memiliki nilai sejauh hal itu membuat kita menyadari dan mengagumi akan posisi kita sekarang di dalam Kristus. Kita harus mengenali siapa ''kita sekarang'' karena hadiah kemurahan Tuhan akan pembenaran.  
Ketakutan Luther akan murka Allah telah dibenarkan, seperti kita pelajari di bab sebelumnya. Semua orang Kristen harus mengingat siapa dan apa mereka sebelumnya: jahat dalam perilaku mereka, musuh Allah, sepenuhnya terasing dari-Nya, dan sasaran kemarahan-Nya. Tetapi mengenali masa lalu hanya memiliki nilai sejauh hal itu membuat kita menyadari dan mengagumi akan posisi kita sekarang di dalam Kristus. Kita harus mengenali siapa ''kita sekarang'' karena hadiah kemurahan Tuhan akan pembenaran.  
-
Mereka yang telah menerima pekerjaan pembenaran Kristus mengalami sebuah perubahan yang dramatis dan luar biasa. Kita telah dibenarkan karena iman melalui anugerah yang besar dari Allah yang Maha Kuasa. Tanpa pengetahuan yang akurat dan pengetahuan yang datang dari pengalaman tentang pembenaran Gereja “tidak dapat bertahan hidup untuk satu jam”…sedikitnya tidak dengan keotentikan. Kita pun juga tidak.
+
Mereka yang telah menerima pekerjaan pembenaran Kristus mengalami sebuah perubahan yang dramatis dan luar biasa. Kita telah dibenarkan karena iman melalui anugerah yang besar dari Allah yang Maha Kuasa. Tanpa pengetahuan yang akurat dan pengetahuan yang datang dari pengalaman tentang pembenaran Gereja “tidak dapat bertahan hidup untuk satu jam”…sedikitnya tidak dengan keotentikan. Kita pun juga tidak.  
 +
 
 +
=== Posisi atau Proses?  ===
-
=== Posisi atau Proses? ===
+
{{LeftInsert|'''Untuk Studi Lebih Lanjut:''' Pada saat Yesus mati di kayu salib, tirai bait suci yang memisahkan tempat suci dengan tempat paling suci secara supernatural robek menjadi dua. Untuk mengerti pentingnya peristiwa itu, bacalah Ibrani 9:1-14.}}Pembenaran adalah istilah resmi yang berarti “mendeklarasikan benar.” Hoekema mendefinisikan pembenaran sebagai “perubahan permanen dalam hubungan yuridis kita dengan Tuhan dimana kita diampuni dari tuduhan bersalah, dan dimana Tuhan mengampuni semua dosa-dosa kita di atas dasar pekerjaan Yesus Kristus yang telah tergenapi.”<ref>Anthony Hoekema, ''Saved by Grace'', p. 178. </ref>Walaupun kita bersalah di hadapan Hakim semesta yang kudus, setelah melanggar hukum-Nya dan layak menerima murka-Nya, Ia telah mendeklarasikan kita sebagai benar. Bagaimana? Atas dasar apa yang Yesus Kristus telah capai di Kayu Salib. Hanya Salib dapat membuat kita dapat diterima di hadapan Allah.
-
{{LeftInsert|'''Untuk Studi Lebih Lanjut:'''  Pada saat Yesus mati di kayu salib, tirai bait suci yang memisahkan tempat suci dengan tempat paling suci secara supernatural robek menjadi dua. Untuk mengerti pentingnya peristiwa itu, bacalah Ibrani 9:1-14.}} Pembenaran adalah istilah resmi yang berarti “mendeklarasikan benar.” Hoekema mendefinisikan pembenaran sebagai “perubahan permanen dalam hubungan yuridis kita dengan Tuhan dimana kita diampuni dari tuduhan bersalah, dan dimana Tuhan mengampuni semua dosa-dosa kita di atas dasar pekerjaan Yesus Kristus yang telah tergenapi.”<ref>Anthony Hoekema, ''Saved by Grace'', p. 178. </ref>Walaupun kita bersalah di hadapan Hakim semesta yang kudus, setelah melanggar hukum-Nya dan layak menerima murka-Nya, Ia telah mendeklarasikan kita sebagai benar. Bagaimana? Atas dasar apa yang Yesus Kristus telah capai di Kayu Salib. Hanya Salib dapat membuat kita dapat diterima di hadapan Allah.  
+
Pembenaran adalah sebuah hadiah yang kita terima dari Tuhan, bukan sesuatu yang kita peroleh atau capai. Kita tidak bertanggung jawan ataupun mampu untuk menyumbang bagi pembenaran kita di hadapan Tuhan. Status benar ini tidak bisa dicapai atau dilayakan, hanya diterima dan dihargai. Kita menerima apa yang Kristus dan Kristus sendiri capai untuk kita.  
-
Pembenaran adalah sebuah hadiah yang kita terima dari Tuhan, bukan sesuatu yang kita peroleh atau capai. Kita tidak bertanggung jawan ataupun mampu untuk menyumbang bagi pembenaran kita di hadapan Tuhan. Status benar ini tidak bisa dicapai atau dilayakan, hanya diterima dan dihargai. Kita menerima apa yang Kristus dan Kristus sendiri capai untuk kita.
+
Untuk dapat sepenuhnya mengerti akan kebenaran yang ajaib ini, adalah esensial kita membedakan pembenaran (justification) dan penyucian (sanctification). Walaupun kedua doktrin ini tidak dapat dipisahkan, kita harus membedakan antara perannya masing-masing di dalam kehidupan iman.  
-
Untuk dapat sepenuhnya mengerti akan kebenaran yang ajaib ini, adalah esensial kita membedakan pembenaran (justification) dan penyucian (sanctification). Walaupun kedua doktrin ini tidak dapat dipisahkan, kita harus membedakan antara perannya masing-masing di dalam kehidupan iman.
+
{{RightInsert|"Tiada seorangpun yang mengerti kekristenan yang tidak memahami kata ini. Yaitu kata ''dibenarkan.''"<ref>John R.W. Stott, ''Only One Way'', p. 59.</ref> — John Stott}}Pembenaran berarti kita ''dinyatakan'' benar. Penyucian berarti kita sedang ''dibuat'' benar. (Pahami perbedaan itu saja dan hidup Anda tidak akan pernah sama lagi!) Pembenaran adalah ''hadiah'' kekudusan; penyucian adalah ''pelatihan'' kekudusan. Mungkin yang paling kritikal, pembenaran adalah sebuah ''posisi'' – yang dibuat segera dan secara komplit setelah pertobatan – sedangkan penyucian adalah sebuah proses dari perubahan internal dan pengembangan karakter yang dimulai pada saat regenerasi dan terus berlanjut selama kita hidup. “Di dalam Firman Ruhan,” tulis Sinclair Ferguson, “membenarkan bukan berarti membuat benar seperti merubah karakter seseorang. Membenarkan artinya menjadikan benar dengan cara mendeklarasikan.”<ref>Sinclair Ferguson, ''The Christian Life'', p. 72. </ref>
-
{{RightInsert|"Nobody has understood Christianity who does not understand this word. It is the word 'justified.'"�UNIQ40abc13d0c3d96-ref-00000017-QINU — John Stott}} Justification means we are ''declared'' righteous. Sanctification means we are being ''made'' righteous. (Comprehend that difference alone and your life will never be the same!) Justification is the ''gift'' of righteousness; sanctification is the ''practice'' of righteousness. Perhaps most critically, justification is a ''position'' —established immediately and completely upon conversion— whereas sanctification is a process of internal change and character development that begins at regeneration and continues as long as we live. “In Scripture,” writes Sinclair Ferguson, “to justify does not mean to make righteous in the sense of changing a person’s character. It means to constitute righteous and to do so by declaration.<ref>Sinclair Ferguson, ''The Christian Life'', p. 72. </ref>
+
{{LeftInsert|"Pembenaran adalah sebuah PERBUATAN. Pembenaran bukanlah pekerjaan, atau satu seri perbuatan. Pembenaran tidak progresif. Orang percaya yang paling lemah dan orang kudus yang paling kuat adalah serupa dan dibenarkan secara sama. Pembenaran tidak mengakui adanya tingkatan. Seseorang, hanya bisa seluruhnya dibenarkan atau seluruhnya dikutuk di hadapan Allah.<ref>William S. Plumer, ''The Grace of Christ'' (Philadelphia, PA: Presbyterian Board of Publication, 1853), p. 195.</ref> — William S. Plumer}}Pembenaran bukanlah sebuah proses. Pembenaran adalah sebuah deklarasi, sebuah pernyataan ilahi yang tidak dapat ditantang, dirubah ataupun dinaikbanding. Paulus secara empati berkata, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom 5:1). Transformasi mulia ini tidak terjadi sedikit demi sedikit, dan juga tidak berubah-ubah. Anda tidak lebih dibenarkan selama jangka waktu tertentu daripada jangka waktu lainnya. Hal ini perlu ditegaskan kembali: ''Anda tidak akan pernah lebih dibenarkan daripada keadaan Anda saat ini.'' Di atas itu semua, tidak seorangpun dalam sejarah pernah lebih dibenarkan daripada Anda sekarang. Martin Luther tidak, Paulus tidak – seorang pun tidak.  
-
{{LeftInsert|"Justification is an ACT. It is not a work, or series of acts. It is not progressive. The weakest believer and the strongest saint are alike and equally justified. Justification admits no degrees. A man is either wholly justified or wholly condemned in the sight of God.�UNIQ40abc13d0c3d96-ref-00000019-QINU" — William S. Plumer}} Justification isn’t a process. It is a declaration, a divine decree which cannot be challenged, altered, or appealed. Paul emphatically states, “Therefore since we ''have been'' justified through faith, we have peace with God through our Lord Jesus Christ” (Ro 5:1, emphasis added). This glorious transformation doesn’t take place by degrees, nor does it fluctuate. You’re not more justified during certain periods than you are at others. You’ll never be more justified than you are at this time. That’s worth repeating: ''You’ll never be more justified than you are at this time.'' To top it off, no one in history has ever been more justified than you are now. Not Martin Luther, not Paul—nobody.
+
{{RightInsert|Apakah Anda pernah dirampas dari buah-buah keselamatan Anda yang agung? Jawablah kuis Benar/Salah berikut ini untuk memastikan Anda mengerti perbedaan antara pembenaran dan penyucian. (Jawaban ada di catatan kaki.<ref>S, B, S, B, S, B</ref>)
 +
*Pembenaran adalah hasil dari penyucian. '''B S'''
 +
*Penyucian adalah proses sepanjang hidup. '''B S'''
 +
*Kasih Allah untuk kita bertumbuh sesuai dengan kedewasaan kita. '''B S''' * Pembenaran mengacu kepada posisi kita di dalam Kristus, penyucian mengacu pada proses. '''B S'''
 +
*Merubah kebiasaan-kebiasaan berdosa membuat kita lebih benar. '''B S'''
 +
*Pertumbuhan rohani adalah bukti yang baik bahwa kita telah dibenarkan. '''B S'''}}Banyak orang Kristen yang bingung tentang doktrin pembenaran dan penyucian dan oleh karenanya tidak bisa merasakan sepenuhnya berkat-berkat yang keselamatan agung ini hasilkan. Adalah sangat penting kita mengerti perbedaan antara posisi kita (pembenaran) dan pelatihan kita (penyucian). Sementara penyucian adalah bukti dan tujuan dari pembenaran, penyucian tidak boleh dipandang sebagai dasar dari pembenaran di hadapan Tuhan, tidak peduli betapa menjadi dewasanya kita. Kita tidak mampu menambahkan apa yang Kristus telah raih. Seperti Alister McGrath katakan, “Satu-satunya hal yang bisa dibilang kita kontribusikan dalam pembenaran kita adalah dosa yang telah Tuhan ampuni dengan kemurahan.” Kita dibenarkan hanya karena anugerah semata.<ref>Alister McGrath, ''Justification by Faith'' (Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing House, 1988), p. 132. </ref>
-
{{RightInsert|Have you been robbed of the benefits of your great salvation? Take the following True/False quiz to make sure you fully understand the difference between justification and sanctification. (Answers at the footnote.�UNIQ40abc13d0c3d96-ref-0000001A-QINU) * Justification is the by-product of sanctification. '''T F''' * Sanctification is a life-long process. '''T F''' * God’s love for us grows in proportion to our maturity. '''T F''' * Justification refers to our position in Christ; sanctification refers to a process. '''T F''' * Breaking sinful habits makes us more righteous. '''T F''' * Spiritual growth is good evidence that we’ve been justified. '''T F'''}} Numerous Christians confuse the doctrines of justification and sanctification and are subsequently robbed of the full benefits this great salvation entails. It is imperative that we understand the difference between our position (justification) and our practice (sanctification). While sanctification is both the ''evidence'' and ''objective'' of our justification, it should never be viewed as the ''grounds'' for our justification before God, regardless of how mature we become. We are incapable of adding to what Christ has accomplished. As Alister McGrath states, “The only thing we could really be said to contribute to our justification is the sin God so graciously forgives.” We are justified by grace alone.<ref>Alister McGrath, ''Justification by Faith'' (Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing House, 1988), p. 132. </ref>
+
=== Membuat Frustrasi dan Sia-Sia  ===
-
=== Frustrating and Futile ===
+
Doktrin pembenaran perlu dijalankan dan ditengok secara terus menerus, seperti yang Martin Luther sadari betul. Nasihat Martin Luther yang biasa terus terang? “Tempelkan itu ke kepala mereka terus menerus.”<ref>John R.W. Stott, ''Only One Way'', p. 59. </ref>Sebagai tambahan bagi pengulangan ulet dari para pemimpin kita, kita perlu mempraktekan dan menghargai kebenaran dari pembenaran di dalam hidup kita sehari-hari. Kalau tidak, kita akan menemukan diri kita mudah jatuh dalam salah satu musuh Gereja yang paling serius dan tidak kentara: legalisme.
-
The doctrine of justification needs to be constantly reinforced and reviewed, as Martin Luther was well aware. His typically blunt advice? “Beat it into their heads continually.<ref>John R.W. Stott, ''Only One Way'', p. 59. </ref>In addition to such persistent repetition from our leaders, we need to be applying and appreciating the truth of justification in our lives on a daily basis. If we don’t, we will find ourselves susceptible to one of the Church’s most subtle and serious enemies: legalism.
+
{{LeftInsert|"Kemuliaan Injil adalah bahwa Allah menyatakan orang Kristen memiliki hubungan yang benar dengan-Nya meskipun adanya dosa-dosa mereka. Tetapi pencobaan dan kesalahan terbesar kita adalah berusaha menyusupkan karakter ke dalam pekerjaan kasih karunia-Nya. Betapa mudahnya kita jatuh ke dalam jebakan anggapan bahwa kita hanya tetap dibenarkan selama ada dasarnya pada karakter kita untuk pembenaran itu. Tetapi ajaran Paulus adalah tidak ada yang dapat kita perbuat untuk menyumbang bagi pembenaran kita.<ref>Sinclair Ferguson, ''The Christian Life'', p. 82–83.</ref> — Sinclair Ferguson}}Legalisme melibatkan usaha untuk memperoleh penerimaan dari Tuhan melalui ketaatan kita sendiri. Kita hanya memiliki dua pilihan: menerima kekudusan sebagai pemberian Tuhan atau mencoba untuk melahirkan kekudusan kita sendiri. Legalisme adalah usaha untuk dibenarkan melalui sumber yang lain daripada Yesus Kristus dan pekerjaan-Nya yang telah genap.  
-
{{LeftInsert|"The glory of the gospel is that God has declared Christians to be rightly related to him in spite of their sin. But our greatest temptation and mistake is to try to smuggle character into his work of grace. How easily we fall into the trap of assuming that we only remain justified so long as there are grounds in our character for that justification. But Paul’s teaching is that nothing we do ever contributes to our justification.�UNIQ40abc13d0c3d96-ref-0000001D-QINU" — Sinclair Ferguson}} Legalism involves seeking to earn God’s acceptance through our own obedience. We only have two options: either receive righteousness as a God-given gift or try to generate our own. Legalism is the attempt to be justified through some source other than Jesus Christ and his finished work.
+
Berpegang pada legalisme berarti percaya bahwa Salib itu tidak perlu atau tidak cukup (Gal 2:21, 5:2). Itu merupakan penafsiran yang tepat akan motif dan perbuatan Anda, walaupun Anda masih secara mental mengakui kebutuhan akan pengorbanan Kristus. Dalam usaha kita mengejar ketaatan dan kedewasaan, legalisme secara perlahan dan samar menguasai kita dan kita mulai mengganti pekerjaan kita untuk pekerjaan genap Kristus. Hasilnya adalah keangkuhan atau penghakiman. Bukannya bertumbuh dalam kasih karunia kita meninggalkan kasih karunia. Itulah penilaian Paulus terhadap gereja di Galatia ketika ia menulis, “Kamu lepas dari Kristus jikalau kamumengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.” (Gal 5:4).  
-
To adhere to legalism is to believe that the Cross was either unnecessary or insufficient (Gal 2:21, 5:2). That is an accurate interpretation of your motive and actions, even if you still ascribe mentally to the necessity of Christ’s sacrifice. In our legitimate pursuit of obedience and maturity legalism slowly and subtly overtakes us, and we begin to substitute our works for his finished work. The result is either arrogance or condemnation. Instead of growing in grace we abandon grace. That was Paul’s assessment of the Galatian church when he wrote, “You who are trying to be justified by law have been alienated from Christ; you have fallen away from grace” (Gal 5:4).
+
{{RightInsert|'''Untuk Studi Lebih Lanjut:''' Untuk menghargai besarnya keprihatinan Paulus tentang legalisme, bacalah Galatia 1:6-9, 2:21, 3:1-4, 3:10, 4:8-11, 4:19-20, 5:2-4, dan 5:7-12.}}Kalau Anda telah berusaha menjalani hidup seperti ini, Anda mungkin sekarang telah belajar bahwa bahwa legalisme itu adalah sia-sia dan membuat frustrasi. Setiap usaha legalisme untuk memperoleh kekudusan akhirnya akan mengalami kegagalan. Selama bertahun-tahun saya telah belajar mengenali beberapa tanda yang sangat jelas dari adanya legalisme. Ini adalah beberapa diantaranya:  
-
{{RightInsert|'''For Further Study:''' To appreciate the extent of Paul’s concern about legalism, read Galatians 1:6-9, 2:21, 3:1-4, 3:10, 4:8-11, 4:19-20, 5:2-4, and 5:7-12.}} If you’ve ever attempted to live this way you may have learned by now that legalism is as futile as it is frustrating. Every legalistic attempt at righteousness inevitably ends in failure. Over the years I’ve learned to recognize some unmistakable signs of the presence of legalism. Here are a few of them:
+
*Anda lebih menyadari akan dosa-dosa masa lalu Anda daripada pribadi dan pekerjaan genap Kristus.
 +
*Anda hidup berpikir, percaya, dan merasa bahwa Tuhan kecewa terhadap Anda daripada bersukacita dalam Anda. Anda menganggap penerimaan Tuhan bergantung pada ketaatan Anda.  
 +
*Anda kurang sukacita. Ini sering menjadi indikasi pertama dari adanya legalisme. Penghakiman adalah hasil dari merenungkan ketidakcukupan kita; sukacita adalah hasil hari memikirkan kecukupan kita.
-
* You are more aware of your past sin than of the person and finished work of Christ.
+
<br>Pernahkan Anda dijerat oleh kehadiran legalisme yang samar? Kalau ya, sadarlah. Legalisme cenderung menyebar daripada tetap terbatasi (Gal 5:9). Legalisme harus dihilangkan.  
-
* You live thinking, believing, and feeling that God is disappointed with you rather than delighting in you. You assume God’s acceptance depends on your obedience.
+
-
* You lack joy. This is often the first indication of the presence of legalism. Condemnation is the result of pondering our deficiency; joy is the result of considering his sufficiency.
+
-
Have you been ensnared by the subtle presence of legalism? If so, beware. It tends to spread rather than remain restricted (Gal 5:9). Legalism must be removed.
+
{{LeftInsert|"Masalah dengan gereja Galatia bukanlah ketaatan pada hukum moral Allah; melainkan, ketergantungan pada hukum moral…untuk keselamatan.<ref>Jerry Bridges, ''Transforming Grace'' (Colorado Springs, CO: NavPress, 1991), p. 98.</ref> — Jerry Bridges}}Satu-satunya cara efektif untuk mencabut legalisme adalah dengan doktrin pembenaran. Kalau Anda telah menelantarkan atau mengabaikan doktrin ini, maka buatlah tindakan sedramatis apapun yang dibutuhkan untuk berubah. Sediakan waktu setiap hari untuk mengulang, melatih, dan bersukacita atas kebenaran yang agung, objektif dan bersifat posisi ini. Batasi konsumsi spiritual Anda pada pembelajaran tentang pembenaran sampai Anda yakin akan penerimaan Tuhan, merasa aman di dalam kasih-Nya dan bebas dari legalisme dan penghakiman.  
-
{{LeftInsert|"The issue in the Galatian church was not obedience to the moral law of God; rather, it was reliance on the moral law… for salvation.�UNIQ40abc13d0c3d96-ref-0000001E-QINU" — Jerry Bridges}} The only effective way to uproot legalism is with the doctrine of justification. If you’ve neglected or ignored this doctrine, then take whatever dramatic action is necessary to change. Set aside time each day to review, rehearse, and rejoice in this great, objective, positional truth. Restrict your spiritual diet to the study of justification until you are certain of God’s acceptance, secure in his love, and free from legalism and condemnation.
+
Penyaliban Yesus Kristus merupakan satu peristiwa sejarah yang paling menentukan. Dengan akurat Sinclair Ferguson menyatakan hal berikut: {{RightInsert|'''Renungkan Roma 7:14-25.''' Pada saat kita mengerti betul kebejatan kita sendiri kita akan lebih sulit untuk dicobai oleh legalisme.}}  
-
The crucifixion of Jesus Christ was the single most decisive event in history. Accurately has Sinclair Ferguson stated the following: {{RightInsert|'''Meditate on Romans 7:14-25.''' Once we come to grips with our own wretchedness we’ll find it much harder to be tempted by legalism.}}
+
:Waktu kita berpikir Kristus mati di kayu salib kita diperlihatkan seberapa panjangnya kasih Tuhan dengan tujuan memenangkan kita kembali kepada-Nya…Ia berkata kepada kita: Aku mengasihi Engkau sebesar ini… Salib adalah jantung Injil. Salib membuat Injil menjadi kabar baik: Kristus mati untuk kira. Ia telah berdiri di tempat kita di hadapan kursi penghakiman Allah. Ia menanggung dosa-dosa kita. Tuhan telah melakukan sesuatu di atas kayu salib yang tidak mungkin kita sendiri pernah dapat lakukan… Alasan kita kurang yakin akan kasih karunia-Nya adalah karena kita gagal untuk fokus kepada tempat itu dimana Ia menyatakannya.<ref>Sinclair Ferguson, ''Grow in Grace'' (Carlisle, PA: The Banner of Truth Trust, 1989), p. 56, 58–59.</ref>
-
:When we think of Christ dying on the Cross we are shown the lengths to which God’s love goes in order to win us back to himself…He is saying to us: I love you this much…The Cross is the heart of the gospel. It makes the gospel good news: Christ died for us. He has stood in our place before God’s judgment seat. He has borne our sins. God has done something on the Cross we could never do for ourselves…The reason we lack assurance of his grace is because we fail to focus on that spot where he has revealed it.<ref>Sinclair Ferguson, ''Grow in Grace'' (Carlisle, PA: The Banner of Truth Trust, 1989), p. 56, 58–59.</ref>
+
<br>Kemana Anda akan memfokuskan perhatian Anda? Apakah pada dosa-dosa masa lalu Anda, keadaan emosi Anda saat ini, atau area karakter dimana Anda masih perlu bertumbuh? Ataukah Anda akan fokus pada pekerjaan Kristus yang genap? Legalisme tidak perlu memotivasi Anda. Penghakiman tidak perlu menyiksa Anda. Allah telah membenarkan Anda.  
-
Where will you focus your attention? Will it be on past sin, your present emotional state, or areas of character in which you still need to grow? Or will you focus on the finished work of Christ? Legalism need not motivate you. Condemnation need not torment you. God has justified you.
+
{{LeftInsert|'''Untuk Studi Lebih Lanjut:''' Dua kategori orang seperti apa yang digambarkan di Yakobus 1:22-25? Kelompok yang mana yang Tuhan janji akan berkati?}}
-
{{LeftInsert|'''For Further Study:''' What two categories of people are described in James 1:22-25? Which group does God promise to bless?}}===Don’t Argue with the Judge === Intellectually understanding the doctrine of justification is in itself insufficient. God intends that we be transformed— totally, genuinely, and permanently transformed by this central doctrine. J.I. Packer has insightfully stated, “The issue is not, can one state the doctrine with full biblical accuracy (that, as we have seen, is a task that demands care), but, does one know its reality in experience.”<ref>J.I. Packer, ''God’s Words: Studies of Key Bible Themes'' (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1981), p. 147. </ref>
+
=== Jangan Berargumentasi dengan Hakim  ===
-
{{RightInsert|Colossians 2:13-15 reveals the enormous debt we owed God. What did Jesus do to the law’s “invoice”? }} Our goal in writing this book is not primarily that you learn how to articulate this great doctrine but that you be ''changed'' by it, that your understanding results in personal freedom from legalism and condemnation as well as an ever-increasing passion and love for Jesus Christ. It’s possible to be aware of justification by grace without being personally affected. We need to appreciate and apply this magnificent truth each and every day.
+
Mengerti doktrin pembenaran secara intelektual dengan sendirinya tidaklah cukup. Tuhan menginginkan kita untuk mengalami transformasi – secara total, murni, dan permanen ditransform oleh kotrin penting ini. J.I. Packer telah menyatakan, “Masalahnya bukan, apakah seseorang dapat menyebutkan doktrin ini dengan keakuratan Firman yang penuh (hal itu, telah kita lihat, adalah pekerjaan yang membutuhlan ketelitian), tetapi, apakah seseorang tahu realitasnya dalam pengalaman.”<ref>J.I. Packer, ''God’s Words: Studies of Key Bible Themes'' (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1981), p. 147. </ref>
-
The story I’m about to relate has been a powerful lesson for me as I have sought to appropriate the doctrine of justification. During my pre-conversion days as a college freshman I was arrested for possession of marijuana. The details of the trial are still vivid in my mind. As I sat in the courtroom facing the judge, I tried my best to look both sincere and sorrowful, but I was just scared. I knew there was an excellent chance that I would be convicted and even charged with additional violations.
+
{{RightInsert|Kolose 2:13-15 menyatakan hutang kita yang sangat besar kepada Tuhan. Apa yang Yesus lakukan dengan surat tagihan hutang? }}Tujuan kami menulis buku ini bukan pada dasarnya Anda belajar bagaimana mengartikulasi doktrin agung ini tetapi Anda dirubah olehnya, bahwa pengertian Anda akan berbuah pada kebebasan pribadi dari legalisme dan penghakiman serta kasih dan semangat yang bertambah-tambah kepada Yesus Kristus. Adalah mungkin menyadari pembenaran oleh kasih karunia tanpa terpengaruh secara pribadi. Kita perlu menghargai dan mempraktekan kebenaran besar ini setiap hari.  
-
{{LeftInsert|"It is never enough to know simply that Christ died, or even why he died. Such knowledge is the result of a “merely historical faith” that cannot save…Only when we realize that Christ was given pro me, pro nobis (“for me,” “for us”) have we discerned the import of Christ’s accomplishment.�UNIQ40abc13d0c3d96-ref-00000021-QINU" — Timothy George}} As it turned out, my case never progressed beyond the first witness. Because officials had searched my dorm room without the necessary legal documents, argued my lawyer, the court would have to drop the charge.
+
Cerita yang akan saya bagikan merupakan sebuah pelajaran penuh kuasa bagi saya setelah saya mempejalari benar doktrin pembenaran. Selama hari-hari sebelum pertobatan saya sebagai mahasiswa tahun pertama, saya ditangkap karena kepemilikan mariyuana. Detail peristiwa tersebut masih sangat jelas di benak saya. Saat saya duduk di ruang sidang menghadapi hakin, saya mencoba sebisa saya untuk terlihat tulus dan tersiksa, tetapi saya hanya bisa ketakutan. Saya tahu ada kesempatan besar saya akan dijatuhi hukuman dan dituduh dengan pelanggaran tambahan.  
-
The judge sat listening stoically as the prosecution objected and reiterated the evidence against me. Finally, he looked down at me. The man was obviously frustrated. Powerless to give anything more than a reprimand, he lectured me in the strongest possible terms. I tried to appear contrite. I nodded my head at each statem e n t. But I don’t remember a thing he said—I was too excited about the fact that he was going to let me go.
+
{{LeftInsert|"Adalah tidak cukup untuk hanya mengetahui bahwa Yesus telah mati, atau bahkan mengapa Ia mati. Pengetahuan tersebut merupakan hasil dari “iman yang hanya bersifat sejarah” yang tidak dapat menyelamatkan… Hanya pada waktu kita menyadari bahwa Kristus diberi pro me, pro nobis (“untuk aku,” “untuk kita”) kita telah membedakan pentingnya pencapaian Kristus. <ref>Timothy George, ''Theology of the Reformers'' (Nashville, TN: Broadman Press, 1988), p. 59.</ref> — Timothy George}}Ternyata, kasus saya tidak pernah mengalami kemajuan setelah saksi pertama. Karena polisi menggeledah kamar saya tanpa surat resmi yang dibutuhkan, bantah pengacaran saya, pengadilan harus mencabut gugatan.  
-
When I stood trial I knew I was guilty. I think everyone knew. But when the judge released me I didn’t argue with him. I didn’t appeal and plead with the judge to continue the case. I didn’t request that he overlook the legal technicality and allow the prosecution to proceed. For once, I gladly deferred to someone with greater authority. If the judge wanted to dismiss the violation, I would happily accept his decision.
+
Hakim duduk mendengarkan dengan sabar saat jaksa mengajukan keberatan dan mengulang kembali bukti-bukti yang memberatkan saya. Akhirnya, ia melihat ke arah saya. Pria itu jelas terlihat frustasi. Tidak berkuasa untuk memberi lebih dari teguran, ia menguliahi saya dengan kata-kata yang sekeras-kerasnya. Saya mencoba untuk kelihatan menyesal. Saya menganggukan kepada saya atas setiap penyataan. Tapi saya tidak ingat apapun yang ia katakan – saya terlalu gembira karena kenyataan bahwa ia akan melepas saya.  
-
{{RightInsert|'''Meditate on Deuteronomy 31:8.''' Rather than break this wonderful promise to us (even though we never deserved such a guarantee), God forsook his own Son.}} Each of us stands guilty before the Judge of all. But our crime against him is in a totally different league than my misdemeanor. And though I escaped on a technicality, we have been declared righteous on the basis of Christ’s pre meditated and substitutionary sacrifice. Jesus Christ voluntarily and purposefully laid down his life so God could remain just while justifying the guilty—you and me. God has declared us righteous. All that remains is the issue of whether or not we will receive this pronouncement. The choice confronts us daily, often multiple times in a given day: Will we receive justification by faith because of the declaration by God, or will we allow condemnation and legalism to control us as we depend on our emotions and obedience?
+
Ketika saya disidang saya tahu bahwa saya bersalah. Saya kira semua orang mengetahui itu. Tetapi pada waktu hakim membebaskan saya, saya tidak berargumentasi dengannya. Saya tidak meminta dan memohon kepada hakim untuk melanjutkan kasus itu. Saya tidak memintanya untuk mengabaikan teknis legalitas dan mengijinkan jaksa untuk terus maju. Hanya kali ini saya dengan gembira tunduk kepada seseorang yang memiliki otoritas lebih besar. Bila sang hakim ingin melepaskan pelanggaran itu, saya akan dengan senang hati menerima keputusannya.
-
{{LeftInsert|"The Christian life involves not just believing something about Christ but also believing something about ourselves… Our faith in Christ must include believing that we are exactly what the Bible says we are." — Anthony Hoekema}} Determine that your unstable and unpredictable emotions will not dictate or deceive you. Do not allow them to be the final authority in your life. Believe what God says about you. If you’re wise you will follow my example: Don’t argue with the Judge.
+
{{RightInsert|'''Renungkan Ulangan 31:8.''' Daripada melanggar janji-Nya yang indah kepada kita (meskipun kita tidak pernah layak diberi janji seperti itu), Tuhan meninggalkan Putra-Nya sendiri.}}Setiap dari kita berdiri bersalah di hadapan Hakim dari segalanya. Tetapi kejahatan kita menentang-Nya berada di tingkat yang secara total berbeda dengan kesalahan saya. Dan walaupun saya diloloskan karena hal teknis, kita telah dinyatakan benar atas dasar pengorbanan Kristus yang telah direncanakan dan bersifat menggantikan kita itu. Yesus Kristus secara suka rela dan sengaja memberikan hidup-Nya sepaya Allah dapat tetap adil saat membenarkan yang bersalah – Anda dan saya. Allah telah menyatakan kita benar. Yang tertinggal hanyalah masalah apakah kita akan menerima pernyataan ini. Pilihan untuk menerima atau tidak berada di hadapan kita setiap hari, sering berkali-kali dalam satu hari: Akankah kita menerima pembenaran karena iman karena pernyataan oleh Tuhan, atau akankah kita mengijinkan penghakiman dan legalisme untu menguasai kita saat kita bergantung pada perasaan dan ketaatan kita?
-
=== Forsaken for Our Forgiveness ===
+
{{LeftInsert|"Kehidupan Kristen melibatkan bukan saja percaya sesuatu tentang Kristus tetapi juga percaya sesuatu tentang diri kita sendiri… Iman kita di dalam Kristus harus mencakup percaya bahwa kita adalah apa yang Alkitab katakan tentang kita." — Anthony Hoekema}}Tentukanlah bahwa emosi Anda yang tidak stabil dan tidak terprediksi tidak akan medikte atau menipu Anda. Jangan ijinkan emosi-emosi itu untuk menjadi otoritas terakhir di dalam hidup Anda. Percayalah apa yang Tuhan katakan tentang Anda. Kalau Anda bijaksana Anda akan mengikuti teladan saya: Jangan berargumentasi dengan Hakim.
-
The God who created you accepts you. His Son voluntarily faced the unimaginable horror of the Cross, forsaken by God the Father and by man, in order to justify you. He was forsaken so we might be forgiven. He experienced separation so we might forever be secure in God’s love. He endured the wrath of God so that we would never have to. “He was delivered over to death for our sins and was raised to life for our justification” (Ro 4:25). You have been justified!
+
=== Ditinggalkan Demi Pengampunan Kita  ===
-
Is it any wonder the Reformation changed Church history? There is no way to confine this doctrine. Once it is let loose it will change the life of every one it touches— including your own.
+
Allah yang menciptakan Anda menerima Anda. Anak-Nya secara suka rela menghadapi kengerian Salib yang tidak terbayangkan, ditinggalkan Allah Bapa dan manusia, demi untuk membenarkan Anda. Ia dibuang supaya kita bisa diampuni. Ia mengalami perpisahan supaya kita dapat selamanya aman dalam kasih Allah. Ia menanggung murka Allah sehingga kita tidak pernah perlu melakukannya. “Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitakan karena pembenaran kita” (Rom 4:25). Anda telah dibenarkan!
-
<br>
+
Apakah mengherankan Reformasi merubah sejarah Gereja? Tidak ada cara apapun untuk mengekang doktrin ini. Sekali doktrin ini dilepas ia akan merubah hidup setiap orang yang disentuhnya – termasuk Anda sendiri. <br>  
-
== Group Discussion ==
+
== Diskusi Kelompok  ==
-
# On page 52 the author writes, “You’ll never be more justified than you are at this time.” What effect does this have on your efforts to live a life that pleases God?
+
#Di halaman 52 pengarang menulis, “Anda tidak akan pernah lebih dibenarkan daripada Anda saat ini.” Bagaimana kalimat ini mempengaruhi usaha-usaha Anda untuk menjalani hidup yang menyenangkan Tuhan?  
-
# Quietly meditate for a minute or two on the Cross. How do you think Jesus felt when he realized God had forsaken him?
+
#Renungkan dengan tenang untuk satu atau dua menit tentang Salib. Menurut Anda apakah yang Yesus rasakan waktu ia menyaradari Allah telah meninggalkan-Nya?  
-
# Is it possible to focus too much on conforming to the image of Christ?
+
#Apakah mungkin untuk terlalu fokus pada menjadi serupa dengan teladan Kristus?  
-
# What makes legalism such a subtle heresy?
+
#Apa yang membuat legalisme menjadi sebuah penyimpangan sesat yang tak disadari?  
-
# How can we balance the doctrines of justification and sanctification without tilting toward legalism or license?
+
#Bagaimana kita mengimbangi doktrin pembenaran dan penyucian tanpa oleng kepada legalisme ataupun ijin?  
-
# What one thing can we contribute to our justification? (Hint: It’s nothing to brag about!)
+
#Satu hal apa yang dapat kontribusi bagi pembenaran kita?(Petunjuk: Tidak ada yang perlu disombongkan!)
-
<br>
+
<br>  
-
== Recommended Reading ==
+
== Bacaan yang Direkomendasikan  ==
-
''The Cross of Christ'' by John R. W. Stott (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1986)
+
''The Cross of Christ'' by John R. W. Stott (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1986)  
-
''The Discipline of Grace'' by Jerry Bridges (Colorado Springs, CO: NavPress, 1994)
+
''The Discipline of Grace'' by Jerry Bridges (Colorado Springs, CO: NavPress, 1994)  
-
''The Atonement'' by Leon Morris (Downwers Grove, IL: InterVarsity Press, 1984)
+
''The Atonement'' by Leon Morris (Downwers Grove, IL: InterVarsity Press, 1984)  
-
<br>
+
<br>  
-
== Notes ==
+
== Catatan  ==
<references />
<references />

Current revision as of 14:11, 22 July 2008

Related resources
More By
Author Index
More About
Topic Index
About this resource

©

Share this
Our Mission
This resource is published by Gospel Translations, an online ministry that exists to make gospel-centered books and articles available for free in every nation and language.

Learn more (English).

By About

Sebelum Martin Luther menjadi terkenal karena peran pentingnya dalam Reformasi, ia dikenal seluruh Eropa sebagai seorang pelajar hukum yang brilian. Yang paling banyak mempengaruhi pendeta pengikut Agustinus ini adalah pembelajarannya akan hukum Allah di dalam Firman Tuhan. Saat ia merenungkan perintah-perintah Allah, ia menjadi sangat menyadari murka Allah. Setiap kali ia mempelajari pribadi dan pekerjaan Yesus Kristus ia mengenal inilah Yang benar yang pada akhirnya akan menghakiminya.

Kesadaran yang terus menerus itu merongrong Luther dengan perasaan bersalah yang tak terbendung. Sementara rekan-rekannya menghabiskan beberapa menit untuk mengaku dosa, ia menghabiskan berjam-jam. Sebagian orang mengira bahwa mentalnya tidak stabil.

Teolog Anthony Hoekema menggambarkan kesedihan mental itu membawa pada penemuan teologi besar Luther:

Martin Luther telah mencoba segalanya: tidur di atas lantai yang keras, tidak makan, bahkan menaiki sebuah tangga di Roma dengan tangan dan lututnya – tapi tidak berhasil. Para gurunya di biara memberitahunya bahwa ia telah melakukan cukup untuk mendapatkan kedamaian jiwa. Tapi ia tidak memiliki damai. Kesadarannya akan dosa terlalu dalam.
Ia telah mempelajari kitab Mazmur. Kitab ini sering menyebut “kebenaran Tuhan.” Tapi istilah ini mengganggunya. Ia mengira itu berarti kebenaran Tuhan yang menghukum, dimana Ia menghukum orang berdosa. Dan Luther mengetahui ia adalah orang berdosa. Jadi manakala ia melihat kata kebenaran di dalam Alkitab, ia melihat merah.
"Pembenaran adalah memang jawaban Allah bagi semua pertanyaan manusia yang paling penting: Bagaimana seorang pria atau wanita dibenarkan dengan Tuhan? Kita tidak dibenarkan dengan Tuhan dengan sendirinya. Kita berada di bahwa murka Allah. Pembenaran adalah sangat penting, karena kita harus dibenarkan dengan Allah atau kita binasa selamanya… Kesulitannya adalah mayoritas orang saat ini tidak merasakan kebutuhan di area ini. Martin Luther telah merasakannya; hal itu menghantuinya. Ia tahu bahwa ia tidak benar dengan Allah, dan ia mengantisipasi konfrontasi dengan Allah yang murka di penghakiman terakhir. Allah menunjukkan kepadanya bahwa ia bisa mengalami hubungan yang benar dengan Allah melalui pekerjaan Yesus Kristus. Tetapi di jaman ini siapa yang merasakan intensitas kepedihan Luther?[1]


Pada suatu hari ia membuka kitab Roma. Di sana ia membaca tentang injil Kristus yang adalah kekuatan Allah untuk keselamatan (1:16). Ini adalah sebuah kabar baik! Tetapi ayat selanjutnya berkata, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah“- ada kata buruk kebenaran itu lagi! Dan depresi Luther kembali lagi. Hal itu menjadi lebih buruk ketika ia meneruskan membaca tentang murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia (ayat 18).

Maka Luther kembali ke ayat 17 lagi. Bagaimana bisa Paulus menuliskan kata-kata mengerikan seperti itu?...Tiba-tiba pencerahan datang padanya. “Kebenaran Tuhan” yang Paulus maksud di sini bukanlah keadilan Tuhan yang bersifat menghukum yang membuatNya menghukum orang berdosa, melainkan kebenaran yang Tuhan berikan kepada orang berdosa yang membutuhkan, dan yang orang berdosa itu terima dengan iman. Ini adalah kebenaran yang sempurna dan tidak bercacat, didapatkan oleh Kristus, yang dengan kemurahan Tuhan berikan pada semua yang percaya. Luther tidak perlu lagi mencari dasar untuk kedamaian jiwa di dalam dirinya, di dalam perbuatan baiknya sendiri. Sekarang ia dapat melihat lepas dari dirinya sendiri dan melihat kepada Kristus, hidup dengan iman daripada bersembunyi dalam ketakutan. Pada saat itulah Reformasi Protestan lahir.[2]

Renungkan Roma 1:17. Frase kunci apa di ayat ini yang merevolusi pengertian Martin Luther tentang keselamatan? Bagaimana pengaruhnya bagi Anda?

Luther melanjutkan dengan berkata bahwa doktrin pembenaran adalah doktrin yang olehnya Gereja berdiri atau jatuh. “Doktrin ini merupakan kepala dan batu penjuru Gereja yang melahirkan, memelihara, membangun dan melindungi Gereja. Tanpanya gereja Tuhan tidak dapat bertahan hidup untuk satu jam.”[3]Di poin yang lain ia menambahkan, “Bila doktrin pembenaran ini hilang, maka semua doktrin kekristenan yang benar hilang.”[4]

Ketakutan Luther akan murka Allah telah dibenarkan, seperti kita pelajari di bab sebelumnya. Semua orang Kristen harus mengingat siapa dan apa mereka sebelumnya: jahat dalam perilaku mereka, musuh Allah, sepenuhnya terasing dari-Nya, dan sasaran kemarahan-Nya. Tetapi mengenali masa lalu hanya memiliki nilai sejauh hal itu membuat kita menyadari dan mengagumi akan posisi kita sekarang di dalam Kristus. Kita harus mengenali siapa kita sekarang karena hadiah kemurahan Tuhan akan pembenaran.

Mereka yang telah menerima pekerjaan pembenaran Kristus mengalami sebuah perubahan yang dramatis dan luar biasa. Kita telah dibenarkan karena iman melalui anugerah yang besar dari Allah yang Maha Kuasa. Tanpa pengetahuan yang akurat dan pengetahuan yang datang dari pengalaman tentang pembenaran Gereja “tidak dapat bertahan hidup untuk satu jam”…sedikitnya tidak dengan keotentikan. Kita pun juga tidak.

Posisi atau Proses?

Untuk Studi Lebih Lanjut: Pada saat Yesus mati di kayu salib, tirai bait suci yang memisahkan tempat suci dengan tempat paling suci secara supernatural robek menjadi dua. Untuk mengerti pentingnya peristiwa itu, bacalah Ibrani 9:1-14.

Pembenaran adalah istilah resmi yang berarti “mendeklarasikan benar.” Hoekema mendefinisikan pembenaran sebagai “perubahan permanen dalam hubungan yuridis kita dengan Tuhan dimana kita diampuni dari tuduhan bersalah, dan dimana Tuhan mengampuni semua dosa-dosa kita di atas dasar pekerjaan Yesus Kristus yang telah tergenapi.”[5]Walaupun kita bersalah di hadapan Hakim semesta yang kudus, setelah melanggar hukum-Nya dan layak menerima murka-Nya, Ia telah mendeklarasikan kita sebagai benar. Bagaimana? Atas dasar apa yang Yesus Kristus telah capai di Kayu Salib. Hanya Salib dapat membuat kita dapat diterima di hadapan Allah.

Pembenaran adalah sebuah hadiah yang kita terima dari Tuhan, bukan sesuatu yang kita peroleh atau capai. Kita tidak bertanggung jawan ataupun mampu untuk menyumbang bagi pembenaran kita di hadapan Tuhan. Status benar ini tidak bisa dicapai atau dilayakan, hanya diterima dan dihargai. Kita menerima apa yang Kristus dan Kristus sendiri capai untuk kita.

Untuk dapat sepenuhnya mengerti akan kebenaran yang ajaib ini, adalah esensial kita membedakan pembenaran (justification) dan penyucian (sanctification). Walaupun kedua doktrin ini tidak dapat dipisahkan, kita harus membedakan antara perannya masing-masing di dalam kehidupan iman.

"Tiada seorangpun yang mengerti kekristenan yang tidak memahami kata ini. Yaitu kata dibenarkan."[6] — John Stott

Pembenaran berarti kita dinyatakan benar. Penyucian berarti kita sedang dibuat benar. (Pahami perbedaan itu saja dan hidup Anda tidak akan pernah sama lagi!) Pembenaran adalah hadiah kekudusan; penyucian adalah pelatihan kekudusan. Mungkin yang paling kritikal, pembenaran adalah sebuah posisi – yang dibuat segera dan secara komplit setelah pertobatan – sedangkan penyucian adalah sebuah proses dari perubahan internal dan pengembangan karakter yang dimulai pada saat regenerasi dan terus berlanjut selama kita hidup. “Di dalam Firman Ruhan,” tulis Sinclair Ferguson, “membenarkan bukan berarti membuat benar seperti merubah karakter seseorang. Membenarkan artinya menjadikan benar dengan cara mendeklarasikan.”[7]

"Pembenaran adalah sebuah PERBUATAN. Pembenaran bukanlah pekerjaan, atau satu seri perbuatan. Pembenaran tidak progresif. Orang percaya yang paling lemah dan orang kudus yang paling kuat adalah serupa dan dibenarkan secara sama. Pembenaran tidak mengakui adanya tingkatan. Seseorang, hanya bisa seluruhnya dibenarkan atau seluruhnya dikutuk di hadapan Allah.[8] — William S. Plumer

Pembenaran bukanlah sebuah proses. Pembenaran adalah sebuah deklarasi, sebuah pernyataan ilahi yang tidak dapat ditantang, dirubah ataupun dinaikbanding. Paulus secara empati berkata, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom 5:1). Transformasi mulia ini tidak terjadi sedikit demi sedikit, dan juga tidak berubah-ubah. Anda tidak lebih dibenarkan selama jangka waktu tertentu daripada jangka waktu lainnya. Hal ini perlu ditegaskan kembali: Anda tidak akan pernah lebih dibenarkan daripada keadaan Anda saat ini. Di atas itu semua, tidak seorangpun dalam sejarah pernah lebih dibenarkan daripada Anda sekarang. Martin Luther tidak, Paulus tidak – seorang pun tidak.

Apakah Anda pernah dirampas dari buah-buah keselamatan Anda yang agung? Jawablah kuis Benar/Salah berikut ini untuk memastikan Anda mengerti perbedaan antara pembenaran dan penyucian. (Jawaban ada di catatan kaki.[9])
  • Pembenaran adalah hasil dari penyucian. B S
  • Penyucian adalah proses sepanjang hidup. B S
  • Kasih Allah untuk kita bertumbuh sesuai dengan kedewasaan kita. B S * Pembenaran mengacu kepada posisi kita di dalam Kristus, penyucian mengacu pada proses. B S
  • Merubah kebiasaan-kebiasaan berdosa membuat kita lebih benar. B S
  • Pertumbuhan rohani adalah bukti yang baik bahwa kita telah dibenarkan. B S

Banyak orang Kristen yang bingung tentang doktrin pembenaran dan penyucian dan oleh karenanya tidak bisa merasakan sepenuhnya berkat-berkat yang keselamatan agung ini hasilkan. Adalah sangat penting kita mengerti perbedaan antara posisi kita (pembenaran) dan pelatihan kita (penyucian). Sementara penyucian adalah bukti dan tujuan dari pembenaran, penyucian tidak boleh dipandang sebagai dasar dari pembenaran di hadapan Tuhan, tidak peduli betapa menjadi dewasanya kita. Kita tidak mampu menambahkan apa yang Kristus telah raih. Seperti Alister McGrath katakan, “Satu-satunya hal yang bisa dibilang kita kontribusikan dalam pembenaran kita adalah dosa yang telah Tuhan ampuni dengan kemurahan.” Kita dibenarkan hanya karena anugerah semata.[10]

Membuat Frustrasi dan Sia-Sia

Doktrin pembenaran perlu dijalankan dan ditengok secara terus menerus, seperti yang Martin Luther sadari betul. Nasihat Martin Luther yang biasa terus terang? “Tempelkan itu ke kepala mereka terus menerus.”[11]Sebagai tambahan bagi pengulangan ulet dari para pemimpin kita, kita perlu mempraktekan dan menghargai kebenaran dari pembenaran di dalam hidup kita sehari-hari. Kalau tidak, kita akan menemukan diri kita mudah jatuh dalam salah satu musuh Gereja yang paling serius dan tidak kentara: legalisme.

"Kemuliaan Injil adalah bahwa Allah menyatakan orang Kristen memiliki hubungan yang benar dengan-Nya meskipun adanya dosa-dosa mereka. Tetapi pencobaan dan kesalahan terbesar kita adalah berusaha menyusupkan karakter ke dalam pekerjaan kasih karunia-Nya. Betapa mudahnya kita jatuh ke dalam jebakan anggapan bahwa kita hanya tetap dibenarkan selama ada dasarnya pada karakter kita untuk pembenaran itu. Tetapi ajaran Paulus adalah tidak ada yang dapat kita perbuat untuk menyumbang bagi pembenaran kita.[12] — Sinclair Ferguson

Legalisme melibatkan usaha untuk memperoleh penerimaan dari Tuhan melalui ketaatan kita sendiri. Kita hanya memiliki dua pilihan: menerima kekudusan sebagai pemberian Tuhan atau mencoba untuk melahirkan kekudusan kita sendiri. Legalisme adalah usaha untuk dibenarkan melalui sumber yang lain daripada Yesus Kristus dan pekerjaan-Nya yang telah genap.

Berpegang pada legalisme berarti percaya bahwa Salib itu tidak perlu atau tidak cukup (Gal 2:21, 5:2). Itu merupakan penafsiran yang tepat akan motif dan perbuatan Anda, walaupun Anda masih secara mental mengakui kebutuhan akan pengorbanan Kristus. Dalam usaha kita mengejar ketaatan dan kedewasaan, legalisme secara perlahan dan samar menguasai kita dan kita mulai mengganti pekerjaan kita untuk pekerjaan genap Kristus. Hasilnya adalah keangkuhan atau penghakiman. Bukannya bertumbuh dalam kasih karunia kita meninggalkan kasih karunia. Itulah penilaian Paulus terhadap gereja di Galatia ketika ia menulis, “Kamu lepas dari Kristus jikalau kamumengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.” (Gal 5:4).

Untuk Studi Lebih Lanjut: Untuk menghargai besarnya keprihatinan Paulus tentang legalisme, bacalah Galatia 1:6-9, 2:21, 3:1-4, 3:10, 4:8-11, 4:19-20, 5:2-4, dan 5:7-12.

Kalau Anda telah berusaha menjalani hidup seperti ini, Anda mungkin sekarang telah belajar bahwa bahwa legalisme itu adalah sia-sia dan membuat frustrasi. Setiap usaha legalisme untuk memperoleh kekudusan akhirnya akan mengalami kegagalan. Selama bertahun-tahun saya telah belajar mengenali beberapa tanda yang sangat jelas dari adanya legalisme. Ini adalah beberapa diantaranya:


Pernahkan Anda dijerat oleh kehadiran legalisme yang samar? Kalau ya, sadarlah. Legalisme cenderung menyebar daripada tetap terbatasi (Gal 5:9). Legalisme harus dihilangkan.

"Masalah dengan gereja Galatia bukanlah ketaatan pada hukum moral Allah; melainkan, ketergantungan pada hukum moral…untuk keselamatan.[13] — Jerry Bridges

Satu-satunya cara efektif untuk mencabut legalisme adalah dengan doktrin pembenaran. Kalau Anda telah menelantarkan atau mengabaikan doktrin ini, maka buatlah tindakan sedramatis apapun yang dibutuhkan untuk berubah. Sediakan waktu setiap hari untuk mengulang, melatih, dan bersukacita atas kebenaran yang agung, objektif dan bersifat posisi ini. Batasi konsumsi spiritual Anda pada pembelajaran tentang pembenaran sampai Anda yakin akan penerimaan Tuhan, merasa aman di dalam kasih-Nya dan bebas dari legalisme dan penghakiman.

Penyaliban Yesus Kristus merupakan satu peristiwa sejarah yang paling menentukan. Dengan akurat Sinclair Ferguson menyatakan hal berikut:
Renungkan Roma 7:14-25. Pada saat kita mengerti betul kebejatan kita sendiri kita akan lebih sulit untuk dicobai oleh legalisme.


Waktu kita berpikir Kristus mati di kayu salib kita diperlihatkan seberapa panjangnya kasih Tuhan dengan tujuan memenangkan kita kembali kepada-Nya…Ia berkata kepada kita: Aku mengasihi Engkau sebesar ini… Salib adalah jantung Injil. Salib membuat Injil menjadi kabar baik: Kristus mati untuk kira. Ia telah berdiri di tempat kita di hadapan kursi penghakiman Allah. Ia menanggung dosa-dosa kita. Tuhan telah melakukan sesuatu di atas kayu salib yang tidak mungkin kita sendiri pernah dapat lakukan… Alasan kita kurang yakin akan kasih karunia-Nya adalah karena kita gagal untuk fokus kepada tempat itu dimana Ia menyatakannya.[14]


Kemana Anda akan memfokuskan perhatian Anda? Apakah pada dosa-dosa masa lalu Anda, keadaan emosi Anda saat ini, atau area karakter dimana Anda masih perlu bertumbuh? Ataukah Anda akan fokus pada pekerjaan Kristus yang genap? Legalisme tidak perlu memotivasi Anda. Penghakiman tidak perlu menyiksa Anda. Allah telah membenarkan Anda.

Untuk Studi Lebih Lanjut: Dua kategori orang seperti apa yang digambarkan di Yakobus 1:22-25? Kelompok yang mana yang Tuhan janji akan berkati?


Jangan Berargumentasi dengan Hakim

Mengerti doktrin pembenaran secara intelektual dengan sendirinya tidaklah cukup. Tuhan menginginkan kita untuk mengalami transformasi – secara total, murni, dan permanen ditransform oleh kotrin penting ini. J.I. Packer telah menyatakan, “Masalahnya bukan, apakah seseorang dapat menyebutkan doktrin ini dengan keakuratan Firman yang penuh (hal itu, telah kita lihat, adalah pekerjaan yang membutuhlan ketelitian), tetapi, apakah seseorang tahu realitasnya dalam pengalaman.”[15]

Kolose 2:13-15 menyatakan hutang kita yang sangat besar kepada Tuhan. Apa yang Yesus lakukan dengan surat tagihan hutang?

Tujuan kami menulis buku ini bukan pada dasarnya Anda belajar bagaimana mengartikulasi doktrin agung ini tetapi Anda dirubah olehnya, bahwa pengertian Anda akan berbuah pada kebebasan pribadi dari legalisme dan penghakiman serta kasih dan semangat yang bertambah-tambah kepada Yesus Kristus. Adalah mungkin menyadari pembenaran oleh kasih karunia tanpa terpengaruh secara pribadi. Kita perlu menghargai dan mempraktekan kebenaran besar ini setiap hari.

Cerita yang akan saya bagikan merupakan sebuah pelajaran penuh kuasa bagi saya setelah saya mempejalari benar doktrin pembenaran. Selama hari-hari sebelum pertobatan saya sebagai mahasiswa tahun pertama, saya ditangkap karena kepemilikan mariyuana. Detail peristiwa tersebut masih sangat jelas di benak saya. Saat saya duduk di ruang sidang menghadapi hakin, saya mencoba sebisa saya untuk terlihat tulus dan tersiksa, tetapi saya hanya bisa ketakutan. Saya tahu ada kesempatan besar saya akan dijatuhi hukuman dan dituduh dengan pelanggaran tambahan.

"Adalah tidak cukup untuk hanya mengetahui bahwa Yesus telah mati, atau bahkan mengapa Ia mati. Pengetahuan tersebut merupakan hasil dari “iman yang hanya bersifat sejarah” yang tidak dapat menyelamatkan… Hanya pada waktu kita menyadari bahwa Kristus diberi pro me, pro nobis (“untuk aku,” “untuk kita”) kita telah membedakan pentingnya pencapaian Kristus. [16] — Timothy George

Ternyata, kasus saya tidak pernah mengalami kemajuan setelah saksi pertama. Karena polisi menggeledah kamar saya tanpa surat resmi yang dibutuhkan, bantah pengacaran saya, pengadilan harus mencabut gugatan.

Hakim duduk mendengarkan dengan sabar saat jaksa mengajukan keberatan dan mengulang kembali bukti-bukti yang memberatkan saya. Akhirnya, ia melihat ke arah saya. Pria itu jelas terlihat frustasi. Tidak berkuasa untuk memberi lebih dari teguran, ia menguliahi saya dengan kata-kata yang sekeras-kerasnya. Saya mencoba untuk kelihatan menyesal. Saya menganggukan kepada saya atas setiap penyataan. Tapi saya tidak ingat apapun yang ia katakan – saya terlalu gembira karena kenyataan bahwa ia akan melepas saya.

Ketika saya disidang saya tahu bahwa saya bersalah. Saya kira semua orang mengetahui itu. Tetapi pada waktu hakim membebaskan saya, saya tidak berargumentasi dengannya. Saya tidak meminta dan memohon kepada hakim untuk melanjutkan kasus itu. Saya tidak memintanya untuk mengabaikan teknis legalitas dan mengijinkan jaksa untuk terus maju. Hanya kali ini saya dengan gembira tunduk kepada seseorang yang memiliki otoritas lebih besar. Bila sang hakim ingin melepaskan pelanggaran itu, saya akan dengan senang hati menerima keputusannya.

Renungkan Ulangan 31:8. Daripada melanggar janji-Nya yang indah kepada kita (meskipun kita tidak pernah layak diberi janji seperti itu), Tuhan meninggalkan Putra-Nya sendiri.

Setiap dari kita berdiri bersalah di hadapan Hakim dari segalanya. Tetapi kejahatan kita menentang-Nya berada di tingkat yang secara total berbeda dengan kesalahan saya. Dan walaupun saya diloloskan karena hal teknis, kita telah dinyatakan benar atas dasar pengorbanan Kristus yang telah direncanakan dan bersifat menggantikan kita itu. Yesus Kristus secara suka rela dan sengaja memberikan hidup-Nya sepaya Allah dapat tetap adil saat membenarkan yang bersalah – Anda dan saya. Allah telah menyatakan kita benar. Yang tertinggal hanyalah masalah apakah kita akan menerima pernyataan ini. Pilihan untuk menerima atau tidak berada di hadapan kita setiap hari, sering berkali-kali dalam satu hari: Akankah kita menerima pembenaran karena iman karena pernyataan oleh Tuhan, atau akankah kita mengijinkan penghakiman dan legalisme untu menguasai kita saat kita bergantung pada perasaan dan ketaatan kita?

"Kehidupan Kristen melibatkan bukan saja percaya sesuatu tentang Kristus tetapi juga percaya sesuatu tentang diri kita sendiri… Iman kita di dalam Kristus harus mencakup percaya bahwa kita adalah apa yang Alkitab katakan tentang kita." — Anthony Hoekema

Tentukanlah bahwa emosi Anda yang tidak stabil dan tidak terprediksi tidak akan medikte atau menipu Anda. Jangan ijinkan emosi-emosi itu untuk menjadi otoritas terakhir di dalam hidup Anda. Percayalah apa yang Tuhan katakan tentang Anda. Kalau Anda bijaksana Anda akan mengikuti teladan saya: Jangan berargumentasi dengan Hakim.

Ditinggalkan Demi Pengampunan Kita

Allah yang menciptakan Anda menerima Anda. Anak-Nya secara suka rela menghadapi kengerian Salib yang tidak terbayangkan, ditinggalkan Allah Bapa dan manusia, demi untuk membenarkan Anda. Ia dibuang supaya kita bisa diampuni. Ia mengalami perpisahan supaya kita dapat selamanya aman dalam kasih Allah. Ia menanggung murka Allah sehingga kita tidak pernah perlu melakukannya. “Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitakan karena pembenaran kita” (Rom 4:25). Anda telah dibenarkan!

Apakah mengherankan Reformasi merubah sejarah Gereja? Tidak ada cara apapun untuk mengekang doktrin ini. Sekali doktrin ini dilepas ia akan merubah hidup setiap orang yang disentuhnya – termasuk Anda sendiri.

Diskusi Kelompok

  1. Di halaman 52 pengarang menulis, “Anda tidak akan pernah lebih dibenarkan daripada Anda saat ini.” Bagaimana kalimat ini mempengaruhi usaha-usaha Anda untuk menjalani hidup yang menyenangkan Tuhan?
  2. Renungkan dengan tenang untuk satu atau dua menit tentang Salib. Menurut Anda apakah yang Yesus rasakan waktu ia menyaradari Allah telah meninggalkan-Nya?
  3. Apakah mungkin untuk terlalu fokus pada menjadi serupa dengan teladan Kristus?
  4. Apa yang membuat legalisme menjadi sebuah penyimpangan sesat yang tak disadari?
  5. Bagaimana kita mengimbangi doktrin pembenaran dan penyucian tanpa oleng kepada legalisme ataupun ijin?
  6. Satu hal apa yang dapat kontribusi bagi pembenaran kita?(Petunjuk: Tidak ada yang perlu disombongkan!)


Bacaan yang Direkomendasikan

The Cross of Christ by John R. W. Stott (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1986)

The Discipline of Grace by Jerry Bridges (Colorado Springs, CO: NavPress, 1994)

The Atonement by Leon Morris (Downwers Grove, IL: InterVarsity Press, 1984)


Catatan

  1. James Montgomery Boice, Romans, Vol. I (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1991), p. 380, 447
  2. Anthony Hoekema, Saved by Grace (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Co., 1989), p. 152.
  3. Sinclair Ferguson, The Christian Life: A Doctrinal Introduction (Carlisle, PA: The Banner of Truth Trust, 1989), p. 80.
  4. John R.W. Stott, Only One Way: The Message of Galatians (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1968), p. 60.
  5. Anthony Hoekema, Saved by Grace, p. 178.
  6. John R.W. Stott, Only One Way, p. 59.
  7. Sinclair Ferguson, The Christian Life, p. 72.
  8. William S. Plumer, The Grace of Christ (Philadelphia, PA: Presbyterian Board of Publication, 1853), p. 195.
  9. S, B, S, B, S, B
  10. Alister McGrath, Justification by Faith (Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing House, 1988), p. 132.
  11. John R.W. Stott, Only One Way, p. 59.
  12. Sinclair Ferguson, The Christian Life, p. 82–83.
  13. Jerry Bridges, Transforming Grace (Colorado Springs, CO: NavPress, 1991), p. 98.
  14. Sinclair Ferguson, Grow in Grace (Carlisle, PA: The Banner of Truth Trust, 1989), p. 56, 58–59.
  15. J.I. Packer, God’s Words: Studies of Key Bible Themes (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1981), p. 147.
  16. Timothy George, Theology of the Reformers (Nashville, TN: Broadman Press, 1988), p. 59.
Navigation
Volunteer Tools
Other Wikis
Toolbox