Talking to People Rather than About Them/id
From Gospel Translations
JoyaTeemer (Talk | contribs) (New page: {{InProcess|user=|date=}} Hi Novy, Here is the page for your translation. Thanks!! Joya) |
JoyaTeemer (Talk | contribs) m (Talking to People Rather Than About Them/id moved to Talking to People Rather than About Them/id) |
||
(2 intermediate revisions not shown) | |||
Line 1: | Line 1: | ||
- | {{ | + | {{info|Berbicara kepada Orang-Orang Daripada Bergosip Tentang Mereka}} |
- | + | ''Apa yang saya tinggalkan saat khotbah tanggal 6 Agustus'' | |
- | + | Pada khotbah pertama saya setelah pergi selama lima bulan, saya meninggalkan sesuatu. Hal itu ada dalam catatan saya, namun sepertinya tidak sesuai dengan topik utama khotbah saya. Jadi saya melewatkannya. Namum saya sungguh ingin mengatakannya. Jadi inilah dia. | |
- | + | Anda dapat mengingat-ingat dalam Lukas 18:9, Lukas memulai perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai sebagai berikut: "''Yesus juga mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain.''" Pada awalnya hal tersebut kelihatan remeh, tapi perhatikanlah bahwa Yesus mengatakan perumpamaan ini ''KEPADA'' beberapa orang yang menganggap dirinya benar. Ia tidak mengatakan perumpamaan ini ''TENTANG'' mereka. Yesus memandang orang Farisi dan mengatakan kepada mereka sebuah perumpamaan yang mengimplikasikan bahwa mereka menganggap diri sendiri benar. Ia tidak berbicara ''tentang'' mereka namun kepada mereka. | |
- | + | Walaupun sepertinya remeh, hal ini mengandung pelajaran penting yang besar artinya bagi kepulihan gereja kita. Marilah kita melakukan hal ini. Marilah berhenti bergosip ''kepada yang lain'' tentang kesalahan orang. Marilah berbicara ''kepada mereka'' tentang kesalahan-kesalahan mereka. Betapa mudah - dan jauh lebih lezat buat lidah dari jiwa kita yang penuh dosa - untuk bergosip tentang orang-orang. Namun sangatlah sulit - dan bahkan terasa getir - untuk berbicara kepada mereka. Saat anda berbicara ''mengenai'' ''mereka'', mereka tidak dapat mengoreksi ucapan anda atau membalikkan percakapan dan menjadikan anda inti pembicaraan. Namun jika anda berbicara kepada mereka tentang suatu masalah, hal tersebut dapat menjadi sangat menyakitkan. Sehingga rasanya lebih aman untuk bergosip tentang orang-orang daripada berbicara kepada mereka. | |
+ | |||
+ | Namun Yesus tidak memanggil kita untuk membuat pilihan-pilihan yang aman. Ia memanggil kita untuk membuat pilihan-pilihan yang penuh kasih. Dalam jangka pendek, kasih seringkali lebih menyakitkan daripada menghindari konflik untuk melindungi diri sendiri. Namun dalam jangka panjang, hati nurani kita menyalahkan kita untuk mengambil jalan mudah ini dan kita hanya melakukan sedikit kebaikan untuk orang lain. Jadi dalam hal ini marilah menjadi seperti Yesus untuk tidak bergosip tentang orang-orang, namun berbicara kepada mereka, baik dalam kata-kata pemberi semangat, karena bukti-bukti anugerah yang kita lihat dalam hidup mereka, dan dengan kata-kata peringatan atau teguran atau koreksi atau bahkan dampratan. Paulus mendorong kita untuk menggunakan kata-kata dengan jangkauan lengkap untuk maksud dengan jangkauan yang lengkap pula: "Tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang" (1 Tesalonika 5:14). | ||
+ | |||
+ | Saya tidak bermaksud anda tidak dapat mengkritik Presiden Bush tanpa meneleponnya terlebih dahulu. Dan saya tidak bermaksud anda tidak dapat mendiskusikan khotbah saya, baik secara negatif maupun positif, tanpa menghubungi saya terlebih dulu. Orang terkenal menempatkan diri mereka pada posisi terbuka dan memahami bahwa setiap orang akan mempunyai pendapat tentang apa yang mereka katakan. Hal itu tidak apa-apa. Maksud saya adalah jika anda mengenal seorang saudara laki-laki atau perempuan berada dalam cengkeraman sikap atau tingkah laku yang penuh dosa, keluarkan balok dari mata anda, pergi kepada mereka dan cobalah untuk membantu mereka dengan nasihat rendah hati yang berdasar pada injil. | ||
+ | |||
+ | Mungkin ceritakan pada mereka suatu perumpamaan. Itulah yang dilakukan Yesus dalam Lukas 18:9-14. Dan itulah yang dilakukan Natan bagi Daud, setelah dosanya dengan Batsyeba dan terhadap Uria (2 Samuel 12:1-14). Namun anda tidak harus menjadi begitu kreatif. Peduli terhadap orang yang anda hadapi lebih penting daripada sekedar kreatifitas. | ||
+ | |||
+ | Kerinduan saya bagi gereja kita adalah agar kita terbebas dari gosip. Marilah berterus terang dan jujur dan berani dan rendah diri. Yesus begitu blak-blakan pada saat-saat tertentu. Kasih kadang kala seperti itu. Ia dapat dengan mudah dituduh tidak berperasaan atau tidak mengasihi. Namun kita tahu Ia adalah orang yang paling penuh kasih yang pernah hidup. Jadi marilah kita mengikutinya dalam hal ini. Ia mati untuk kita sehingga semua balok dan selumbar di mata kita dapat diampuni. Hal tersebut haruslah memberikan kepada kita keberanian dan kepedulian terhadap sesama. Khususnya saat kita menyadari bahwa kesalahan saudara kita laki-laki dan perempuan juga telah diampuni oleh Yesus. | ||
+ | |||
+ | Sungguh suatu patokan mengagumkan yang kita miliki dalam membina hubungan. Suatu komunitas orang-orang yang pemaaf, benar, penuh roh kudus yang senang untuk bertumbuh dalam anugerah. Terima kasih telah dengan penuh kasih percaya dan mengikuti Yesus dengan cara saling berbicara satu terhadap yang lain daripada saling menggosipkan satu sama lain. | ||
+ | |||
+ | Senang telah kembali, | ||
+ | |||
+ | Pendeta John. |
Current revision as of 20:10, 9 April 2009
Apa yang saya tinggalkan saat khotbah tanggal 6 Agustus
Pada khotbah pertama saya setelah pergi selama lima bulan, saya meninggalkan sesuatu. Hal itu ada dalam catatan saya, namun sepertinya tidak sesuai dengan topik utama khotbah saya. Jadi saya melewatkannya. Namum saya sungguh ingin mengatakannya. Jadi inilah dia.
Anda dapat mengingat-ingat dalam Lukas 18:9, Lukas memulai perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai sebagai berikut: "Yesus juga mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain." Pada awalnya hal tersebut kelihatan remeh, tapi perhatikanlah bahwa Yesus mengatakan perumpamaan ini KEPADA beberapa orang yang menganggap dirinya benar. Ia tidak mengatakan perumpamaan ini TENTANG mereka. Yesus memandang orang Farisi dan mengatakan kepada mereka sebuah perumpamaan yang mengimplikasikan bahwa mereka menganggap diri sendiri benar. Ia tidak berbicara tentang mereka namun kepada mereka.
Walaupun sepertinya remeh, hal ini mengandung pelajaran penting yang besar artinya bagi kepulihan gereja kita. Marilah kita melakukan hal ini. Marilah berhenti bergosip kepada yang lain tentang kesalahan orang. Marilah berbicara kepada mereka tentang kesalahan-kesalahan mereka. Betapa mudah - dan jauh lebih lezat buat lidah dari jiwa kita yang penuh dosa - untuk bergosip tentang orang-orang. Namun sangatlah sulit - dan bahkan terasa getir - untuk berbicara kepada mereka. Saat anda berbicara mengenai mereka, mereka tidak dapat mengoreksi ucapan anda atau membalikkan percakapan dan menjadikan anda inti pembicaraan. Namun jika anda berbicara kepada mereka tentang suatu masalah, hal tersebut dapat menjadi sangat menyakitkan. Sehingga rasanya lebih aman untuk bergosip tentang orang-orang daripada berbicara kepada mereka.
Namun Yesus tidak memanggil kita untuk membuat pilihan-pilihan yang aman. Ia memanggil kita untuk membuat pilihan-pilihan yang penuh kasih. Dalam jangka pendek, kasih seringkali lebih menyakitkan daripada menghindari konflik untuk melindungi diri sendiri. Namun dalam jangka panjang, hati nurani kita menyalahkan kita untuk mengambil jalan mudah ini dan kita hanya melakukan sedikit kebaikan untuk orang lain. Jadi dalam hal ini marilah menjadi seperti Yesus untuk tidak bergosip tentang orang-orang, namun berbicara kepada mereka, baik dalam kata-kata pemberi semangat, karena bukti-bukti anugerah yang kita lihat dalam hidup mereka, dan dengan kata-kata peringatan atau teguran atau koreksi atau bahkan dampratan. Paulus mendorong kita untuk menggunakan kata-kata dengan jangkauan lengkap untuk maksud dengan jangkauan yang lengkap pula: "Tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang" (1 Tesalonika 5:14).
Saya tidak bermaksud anda tidak dapat mengkritik Presiden Bush tanpa meneleponnya terlebih dahulu. Dan saya tidak bermaksud anda tidak dapat mendiskusikan khotbah saya, baik secara negatif maupun positif, tanpa menghubungi saya terlebih dulu. Orang terkenal menempatkan diri mereka pada posisi terbuka dan memahami bahwa setiap orang akan mempunyai pendapat tentang apa yang mereka katakan. Hal itu tidak apa-apa. Maksud saya adalah jika anda mengenal seorang saudara laki-laki atau perempuan berada dalam cengkeraman sikap atau tingkah laku yang penuh dosa, keluarkan balok dari mata anda, pergi kepada mereka dan cobalah untuk membantu mereka dengan nasihat rendah hati yang berdasar pada injil.
Mungkin ceritakan pada mereka suatu perumpamaan. Itulah yang dilakukan Yesus dalam Lukas 18:9-14. Dan itulah yang dilakukan Natan bagi Daud, setelah dosanya dengan Batsyeba dan terhadap Uria (2 Samuel 12:1-14). Namun anda tidak harus menjadi begitu kreatif. Peduli terhadap orang yang anda hadapi lebih penting daripada sekedar kreatifitas.
Kerinduan saya bagi gereja kita adalah agar kita terbebas dari gosip. Marilah berterus terang dan jujur dan berani dan rendah diri. Yesus begitu blak-blakan pada saat-saat tertentu. Kasih kadang kala seperti itu. Ia dapat dengan mudah dituduh tidak berperasaan atau tidak mengasihi. Namun kita tahu Ia adalah orang yang paling penuh kasih yang pernah hidup. Jadi marilah kita mengikutinya dalam hal ini. Ia mati untuk kita sehingga semua balok dan selumbar di mata kita dapat diampuni. Hal tersebut haruslah memberikan kepada kita keberanian dan kepedulian terhadap sesama. Khususnya saat kita menyadari bahwa kesalahan saudara kita laki-laki dan perempuan juga telah diampuni oleh Yesus.
Sungguh suatu patokan mengagumkan yang kita miliki dalam membina hubungan. Suatu komunitas orang-orang yang pemaaf, benar, penuh roh kudus yang senang untuk bertumbuh dalam anugerah. Terima kasih telah dengan penuh kasih percaya dan mengikuti Yesus dengan cara saling berbicara satu terhadap yang lain daripada saling menggosipkan satu sama lain.
Senang telah kembali,
Pendeta John.