Passion for the Supremacy of God, Part 2/id

From Gospel Translations

Revision as of 17:10, 20 June 2008 by Bhkauflin (Talk | contribs)
Jump to:navigation, search
 

Notice: This template is no longer in use. Please use {{Info}} instead.

Kerinduan 97

Mengulang Kerinduan akan Kemahakuasaan Tuhan, Bagian 1

Tuhan adalah Tuhan yang berpusat pada diriNya.

Kemarin, dalam sebuah keinginan untuk menyentuh gunung es dengan Obor(baca Bagian 1) dan menyebarkan sebuah kerinduan akan kemahakuasaan Tuhan dalam segala hal untuk sukacita bagi semua orang, saya mencoba membuat sebuah pernyataan bahwa Tuhan melakukan segala sesuatu yang Dia lakukan untuk kemuliaan namaNya. Hati yang paling penuh dengan kerinduan akan Tuhan di dunia ini adalah hati Tuhan sendiri. Itu adalah poin utamanya. Kerinduan 97, seperti yang saya ketahui, adalah tentang kerinduan Tuhan untuk menyatakan diriNya. Segala sesuatu yang Dia lakukan, dari penciptaan sampai pemenuhan janji akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya, Dia melakukan semuanya itu dengan sebuah visi untuk menunjukkan dan meninggikan kemuliaan namaNya.

Pemusatan Tuhan terhadap diriNya bukan hal yang tidak menunjukkan kasih

Poin kedua dari bahasan kemarin adalah bahwa kalau Tuhan memusatkan diri pada keTuhan-anNya bukan berarti Tuhan tidak kasih. Alasannya adalah bahwa bukanlah suatu hal yang tidak menunjukkan kasih bila Tuhan meninggikan diriNya dengan cara ini, karena dengan mengenal Tuhan dan terhanyut dalam pujian kepada Tuhan akan memuaskan jiwa manusia. ”Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; dihadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, ditangan kananMu ada nikmat senantiasa”(Mazmur 16:11) Sehingga jika Tuhan meninggikan diriNya—sampai batas dimana kita bisa melihatnya dengan benar tentang siapa Dia—hal itu akan memuaskan jiwa kita, sehingga Tuhan itu adalah satu-satunya yang ada di alam raya ini yang penuh dengan kuasa mahatinggi yang penuh kasih.

Anda tidak bisa meniruNya dalam hal ini. Bila anda meninggikan diri lebih dari orang lain, maka anda mempunyai rasa benci—artinya anda tidak mengasihi—karena anda memisahkan mereka dari orang yang bisa memuaskan jiwa mereka. Sehingga, kita tidak bisa meniru Tuhan dalam hal ke-Tuhan-anNya. Tuhan adalah satu-satunya yang unik diseluruh alam raya ini, dimana peninggian diriNya adalah inti dan dasar kasih yang dimilikiNya. Jadi, memang harus seperti ini, jika Dia adalah Tuhan.

Kita mungkin menginginkanNya untuk mengasihi seperti halnya manusia, dengan cara membuat orang lain sebagai pusat; tetapi Dia tidak bisa melakukannya, dan Dia adalah tetap Tuhan. Dia sangat berharga dalam diriNya. Tidak ada yang lain selain Tuhan. Sehingga Dia—dengan kata lain—memang ada dengan segala keindahan, keagungan dan kemuliaan dan Dialah kepenuhan untuk semua orang dan juga kepenuhan untuk diriNya sendiri, dengan atau tanpa anda. Inilah dasar kasih karunia itu. Jika anda mencoba menjadi pusat karunia itu, karunia itu akan berkurang. Karunia yang berpusatkan pada Tuhan adalah karunia yang alkitabiah.

Sukacita saya bukanlah bila Tuhan menempatkan saya sebagai pusat alam raya. Sukacita saya adalah apabila Tuhan menjadi pusat alam raya, selamanya dan akhirnya Dia mendekatkan saya dengan persekutuan denganNya, melihat Dia, menikmati Dia, mengagungkan Dia, dipuaskan dalam Dia sepenuh hari-hari saya sampai pada kekekalan.

Itulah topik yang kita bicarakan kemarin

Implikasi Pemusatan Tuhan terhadap diriNya untuk Manusia

Nah, hari ini..... jika yang selama ini saya katakan adalah benar, jika yang saya katakan tersebut alkitabiah, maka akan anda temukan implikasi mengejutkan bagi hidup anda. Yaitu : saat anda meninggalkan tempat ini, dan anda kembali ke gereja anda atau ke kampus anda, yang harus anda lakukan adalah dalam liburan anda, anda harus membuatnya seindah mungkin sehingga anda bisa berbahagia, sebahagia mungkin.....di dalam Tuhan. Sehingga panggilan saya untuk anda sekarang, dalam nama Tuhan yang berkuasa, bahwa anda akan membuat liburan anda sebahagia mungkin untuk menekankan kesenangan anda yang telah dikaruniakan Tuhan di dalam anda.

Permasalahan saya dalam hidup, dan permasalahan anda, bukanlah masalah mengejar kesenangan hidup saat anda seharusnya menjalankan tugas anda. Masalah tersebut bukanlah yang menjadi penilaian saya atau Tuhan ataupun penilaian Alkitab tentang masalah anda. C.S. Lewis menyatakannya dengan sangat tepat dalam kotbahnya yang berjudul ” Ukuran Kemuliaan” (The Weight of Glory). Beliau mengatakan bahwa masalah kita adalah kita terlalu gampang sekali merasa senang, sehingga kita tidak mengejar nya dengan sungguh-sungguh. Beliau menambahkan bahwa kita itu seumpama anak-anak kecil yang bermain-main dengan kue-kue yang terbuat dari lumpur dan bersenang-senang dengan keadaan seadanya, karena untuk membayangkan indahnya lautanpun kita tidak bisa. Dengan kata lain, bermain-main dengan lumpurpun sudah membuat kita senang dan kita tidak ingin membayangkan liburan di pantai. Sehingga, yang menjadi permasalahan kita adalah bahwa kita memegang berhala kaleng ditangan kita pada saat kenyataan emas menunggu di depan kita. Kita benar-benar gampang dipuaskan. Masalah dengan dunia bukanlah masalah hedonisme; tetapi kegagalan hedonisme mendapatkan kepuasan lebih jauh lagi. Inilah poin penting dari saya pagi ini.

Dan implikasinya, apabila itu benar, adalah bahwa anda harus bangun pagi, dan seperti yang George Mueller katakan, sebelum beliau keluar dan melakukan sesuatu, ” Saya harus mempunyai hati yang gembira dalam Tuhan atau, saya tidak akan diperlukan oleh siapapun. Saya akan memakainya untuk memuaskan kekosongan dan keinginan-keinginan saya.” Apabila anda ingin menjadi seseorang yang penuh kasih, bila anda ingin hidup anda berguna bagi orang lain, haruslah hal itu menjadi tujuan anda untuk mendapatkan sukacita dalam Tuhan. Inilah pesan untuk hari ini: Kita mudah sekali merasa puas dan senang.

Kita telah berada dalam situasi kehidupan yang kecil, singkat, tidak berkecukupan, dengan kesenangan-kesenangan yang tidak memuaskan dimana kapasitas kita untuk sukacita semakin lama semakin mengecil dan akhirnya hilang sampai kepada titik dimana hal-hal yang tidak membawa sukacita menjadi inti dari hal yang kita lakukan dan menutup hati kita yang sudah diubahkan sehingga tidak bisa dipindahkan oleh Tuhan. Anda lihat sendiri? Betapa serupa dengan pelarian? Pagi ini saya berkampanye melawan Stoics dan Imannuel Kant, filsuf-filsuf Pencerahan yang berkata bahwa sampai batas mana anda mencari keuntungan tindakan moral anda, anda menghilangkan kebenaran/kebaikan. Hal ini tidak anda temukan dalam Alkitab..... dan hal ini menghancurkan pujian, kebenaran, keberanian, dan keterpusatan pada Tuhan di manapun. Hal ini melambungkan manusia satu-satunya yang baik dan benar yang melaksanakan tugasnya tanpa ada pandangan tentang Tuhan untuk memuaskan jiwanya. Mustahil!Semoga hal-hal tersebut tidak ada dalam hati kita selamanya.

Saya sedang berkampanye melawan hal-hal yang menggantung dalam perkabaran Injil. Saya mendapatkan slogan ini 25 tahun yang lalu, sejak saat itu saya menjadi salah satu anggotanya, saya membesarkan keluarga saya dengan berdasar slogan tersebut, mendasarkannya untuk membangun gereja, menulis buku tentangnya dan mencoba hidup di dalamnya. Sedikit demi sedikit keberatan bermunculan. Itulah caranya anda bisa tumbuh. Beberapa dari anda mengatakan bahwa seakan-akan dunia anda berbalik karena konferensi ini. Paradigma yang ada benar-benar diacak-acak. Revolusi Copernicus sedang terhenti, dan itulah caranya permulaan perubahan anda. Mungkin akan memerlukan waktu selama 15 tahun.....penolakan demi penolakan. Pada tahun 1968 saya mulai melihat hal-hal ini dengan bantuan Dan Fuller dan C.S. Lewis, dan Jonathan Edward, dan Raja Daud, dan Rasul Paulus, dan Yesus Kristus. Dan cara kerja pikiran saya dimulai setelah adanya penolakan demi penolakan dan saya menciut ketakutan, dan kemudian saya buka Alkitab dan saya menangis terisak-isak dan saya berjuang dan bertanya dan berdoa dan berbicara. Akhirnya, sedikit demi sedikit penolakan itu memurnikan visi.

Penolakan-Penolakan

  1. 1 Apakah Alkitab benar-benar mengajarkan agar kita mengejar sukacita dengan segenap hati dan jiwa dan pikiran dan kekuatan. Atau itu hanyalah kepandaian ilmu kotbahnya John Piper agar mendapat perhatian?
  2. 2 Bagaimana dengan penyangkalan diri? bukankah Yesus berkata, ”Apabila hendak mengikut aku, dia harus menyangkal dirinya?”
  3. 3 Bukankah hal ini menekankan emosi? Bukankan Kekristenan berkisar tentang permasalahan kehendak, dimana kita membuat komitmen dan keputusan?
  4. 4 Apakah yang menjadi konsep kehormatan tentang melayani Tuhan sebagai tugas saat hal itu terasa berat dan anda seakan-akan belum ingin melakukannya?
  5. 5 Bukankah hal ini hanya membuat ’saya’ –dan bukannya Tuhan – sebagai pusat dari segala sesuatu?

Menjawab Berbagai Penolakan

1. Apakah Alkitab benar-benar mengajarkan untuk mengejar sukacita anda?
Jawaban saya adalah ’ya’, dan hal ini berlaku untuk 4 hal dibawah ini:

a) Dengan perintah

Perhatikan Mazmur 37:4 – ”Bersukacitalah di dalam Tuhan.” Ini bukanlah saran, ini adalah perintah. Jika anda percaya, ”Janganlah berzinah” adalah sesuatu yang harus anda taati, jadi anda juga harus mentaati perintah, ”Bersukacitalah di dalam Tuhan.”

Atau Mazmur 32:11, ”Bersukacitalah di dalam Tuhan dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!” atau Mazmur 100, ”Layanilah Tuhan dengan sukacita.” Itu adalah perintah: ”Layanilah Tuhan dengan sukacita!” Pada saat anda tidak merasakan apapun (tidak peduli) apakah anda merasa sukacita atau tidak saat anda melayani /beribadah kepada Tuhan, berarti anda tidak peduli terhadap Tuhan. Tuhan memerintahkan untuk beribadah dengan sukacita. Atau Filipi 4:4, ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Kata bersukacitalah dapat ditemukan dimana-mana dalam Alkitab. Kita membicarakan tentang perintah. Itulah cara pertama Alkitab mengajarkan hal ini.

b) Dengan ancaman

Jeremy Taylor suatu ketika mengatakan, ”Tuhan mengancam kita dengan hal-hal yang mengerikan jika kita tidak mau bersukacita.” Pertama kali waktu saya mendengar, saya pikir, itu adalah cara yang bagus. Ah, itu bukanlah cara yang bagus ... itu adalah kutipan dari Ulangan 28:47, dan situasinya digambarkan dengan mengerikan. ”Karena engkau tidak mau menjadi hamba TUHAN, Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati walaupun kelimpahan akan segala-galanya. Maka dengan menanggung lapar dan haus, dengan telanjang dan kekurangan akan segala-galanya engkau akan menjadi hamba musuh yang akan disuruh Tuhan melawan engkau. Tuhan mengancam dengan hal-hal yang mengerikan apabila kita tidak bersukacita dalam Dia. Apakah ini merupakan pengakuan hedonisme atau apa? Apakah ini merupakan pengakuan yang akan membuat hidup anda mengejar sukacita dalam Tuhan dengan segala kekuatan anda?

c) Dengan memberikan iman yang menyelamatkan. Hal yang sama dan sangat penting adalah dipuaskan dengan apa yang Tuhan lakukan dalam diri anda.

Misalnya, Ibrani 11:6, ”Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari dia.” Jika anda ingin berkenan di hadapan Tuhan atau dengan istilah lain, anda ingin menyenangkan Tuhan, anda harus mempunyai iman. Apakah yang dimaksud dengan iman? Datang kepada seseorang yang dengan jelas dan keyakinan yang dalam meyakinkan saya bahwa ada imbalan/hadiah saat saya datang kepadanya. Jika anda tidak percaya hal itu, atau bila anda datang kepada Tuhan dengan alasan lain, anda tidak akan membuatnya senang/berkenan.

Atau, baca Yohanes 6:35, Yesus berkata,”Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak lapar lagi , dan barang siapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.” Perhatikan baik-baik: barangsiapa percaya kepadaKu tidak akan haus lagi. Apa artinya hal ini sehubungan dengan iman?Apa itu iman? Iman, dalam theologi Yohanes, adalah penyerahan diri pada Yesus untuk kepuasan jiwa yang tidak bisa dipuaskan oleh apapun dan siapapun. Itulah iman. Iman bukanlah suatu hal yang berbeda dari apa yang saya katakan. Saat ini saya sedang membuka Kekristenan dalam bahasa yang tidak biasa anda gunakan.

d) Dengan mendefinisikan dosa sebagai kebodohan saat kita menolak untuk mengejar sukacita dalam Tuhan

Dosa sebagai kebodohan saat kita menolak untuk mengejar sukacita dalam Tuhan. Inilah ayat pendukungnya: Yeremia 2:12-13: ”Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman Tuhan. Sebab dua kali umatku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.” Sekarang , dalam hal tersebut, apakah yang dimaksud dengan kejahatan? Definisi kejahatan yang mengejutkan alam semesta, yang menyebabkan malaikat Tuhan berkata, ”Tidak mungkin!” ...apakah itu? Dosa disini adalah dengan memandang kepada Tuhan, yang sebagai sumber air hidup, dan saat Dia memberikannya kepada kita, dengan singkat kita bilang, ” Tidak. Terima kasih.”, kemudian kita malah berbalik meninggalkan Tuhan dan melihat TV, melakukan sex, pesta, mabuk, menghamba diri kepada uang, mengejar kehormatan, mengejar rumah di pinggiran kota, liburan, program komputer baru, dan berkata, ”Ya!” kepada semua kejahatan itu. Itu semua merupakan kebodohan! Dan itu semua menyebabkan seluruh warga kerajaan surga tertegun, seperti yang ditulis dalam Yeremia 2:12.

Dengan 4 cara diatas, paling tidak, Alkitab berkata bahwa, pagi ini, John Piper sedang mengajarkan kebenaran saat dia menghimbau kita sekalian untuk menyerahkan hidup kita untuk mengejar sukacita dalam Tuhan. Sehingga keberatan nomer 1 tumbang.

2. Bagaimana dengan penyangkalan diri?

Bukankah Yesus berfirman dalam Markus 8:35, ”Setiap orang yang mau mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut aku.” Salib adalah tempat dimana anda mati, tempat eksekusi. Salib tidak bisa diartikan dengan mertua yang cerewet, teman sekamar yang menyebalkan, atau penyakit yang ada di tulang anda. Itu adalah kematian diri anda sendiri. Makanya, Piper, anda terlalu heretis dalam hal menghimbau kita untuk mengejar kepuasan jiwa sebagai selingan hidup. Yah, saya juga sudah merasakannya .... dan kemudian saya membaca kelanjutan ayat tersebut (yang membantu melihat konteks dengan tepat): ”Karena barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” Bagaimana logikanya? Bagaimana pemikiran Yesus secara logis dalam ayat tersebut?

Logikanya seperti ini:

- ”Wahai murid-murid Ku, janganlah engakau kehilangan nyawamu. Janganlah kehilangan nyawamu. Selamatkanlah nyawamu!”
- Bagaimana, Yesus? ...bagaimana caranya?
- ”Lepaskanlah.” – ”Apa?Saya tidak mengerti.... Saya tidak mengerti. Yesus.”
- ”Maksudku, begini, --murid-muridKu yang Ku kasihi—lepaskanlah nyawamu, maksudnya lepaskan segala hal di dunia, tetapi jangan lepaskan Aku. ”Apabila biji gandum tidak jatuh di tanah dan mati, ia tidak akan bertambah banyak. Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan buah.” Mati bagi dunia. Mati bagi kehormatan, bagi kekayaan, bagi dosa-dosa sex, bagi tindakan curang untuk menang, bagi pengakuan orang akan diri kita. Mati bagi semuanya itu, dan tetap milikilah Aku.”

Saya percaya pada penyangkalan diri. Sangkalilah diri anda yang tidak berharga dan lemah, ibaratnya sangkalilah diri anda yang seumpama kaleng untuk mendapatkan emas. Sangkalilah diri anda yang seumpama pasir untuk mendapatkan batu karang. Atau, sangkalilah diri anda yang seumpama air yang hambar untuk mendapatkan anggur yang lezat. Tidak ada penyangkalan diri yang tidak fundamental, dan juga Yesus tidak pernah bermaksud demikian. Saya percaya pada penyangkalan diri. Saya percaya tentang Yesus dalam firman ini dari Yesus: Mateus 13:44. ”Hal kerajaan surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.” Apakah anda menyebutnya sebagai penyangkalan diri? Ya! Dia sudah menjual semuanya. Dia menganggap segala sesuatu sebagai penolakan dan tidak berharga karena dia mengutamakan Kristus. Jadi, ya, itu adalah bentuk penyangkalan diri; Tetapi juga bisa berarti Tidak, bukan penyangkalan diri. Harus ada pribadi yang dikorbankan: pribadi yang mengasihi dunia. Tetapi pribadi baru – pribadi yang mengasihi Kristus di atas segala sesuatu dan menemukan kepuasan dalam Dia—janganlah membunuh/menghilangkan pribadi itu. Itulah ciptaan baru. Limpahkan pribadi seperti itu pada Tuhan.

O, saya percaya pada penolakan diri. Saya percaya pada penolakan diri yang tidak bisa dipahami oleh seorang pemimpin muda tetapi yang saat itu Yesus ajarkan:

“Pergilah, jual semua milikmu dan ikutlah Aku, dan engkau akan beroleh hartamu di surga.” Dan dia tidak bersedia melakukannya. Dan Yesus berkata kepada para muridNya, “Alangkah sukarnya orang kaya masuk dalam kerajaan surga. Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kemudian para murid tersebut tercengang, dan mereka berkata,”Jika demikian, siapakah yang bisa diselamatkan?” Dan Yesus berkata, “Memang hal itu mustahil bagi manusia. Tidak seorang pun yang mempunyai hati yang terpanggil. Tetapi bagi Tuhan,” Dia melanjutkan, “segala sesuatu mungkin bagi Tuhan.” Kemudian Petrus menyambung, ”Kami telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Engkau. Bagaimana dengan kami? Kita telah mengorbankan milik kami.” Dan Yesus menjawab—saya berharap mendengar intonasi nada bicaraNya – dan berkata, ”Petrus, sesungguhnya seseorang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki, atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang—sekalipun disertai dengan penganiayaan—dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Engkau tidak bisa mengorbankan segala sesuatu yang tidak akan dibayarkan kembali seribu kali. Janganlah membodohi dirimu sendiri apabila engkau harus di hukum pancung.”

Ya, saya percaya pada penyangkalan diri. Saya percaya bahwa saat saya menyangkali diri saya, saya akan merasakan kepuasan penuh dari Tuhan, dan karena itulah saya memahami apa yang dimaksudkan oleh Alkitab dengan penyangkalan diri. Saya percaya bahwa David Livingstones dan Hudson Taylor – misionaris yang hebat—menyatakan hal yang sangat benar, mereka telah sampai pada akhir hidupnya, kehilangan istrinya, kesehatannya yang sangat menurun, dan semuanya, kecuali satu hal, yaitu dengan berkata kepada civitas akademika Universitas Cambridge dan orang-orang di manapun berada dengan mengungkapkan hal ini, ” Saya tidak pernah berkorban.” Dan memang hal itu benar adanya. Saya tahu maksudnya dan andapun tahu apa yang dimaksudkan mereka. Dan saya percaya bahwa Jim Elliot yang menyerahkan hidupnya sejak masih muda juga sangat benar saat berkata, ”Bukanlah hal yang bodoh saat dia memberikan apa yang tidak bisa disimpan untuk mencapai apa yang tidak dapat hilang.” Itulah yang saya percayai tentang penyangkalan diri. Sehingga keberatan nomor 2 tumbang.

3. Bukankah anda terlalu membesar-besarkan emosi?

Bukankah Kekristenan itu merupakan keputusan yang sangat penting? Komitment akan kehendak kita? Bukankah emosi itu adalah sebagai hal yang mengikuti saja, sebagai suatu opsi/alternatif pilihan, ibarat lapisan mentega yang menghiasi kue, bukan hal inti. Piper, saya kira cara anda berbicara tentang Kekristenan akan menggeser emosi ke arah hal-hal yang tidak alkitabiah.

Tetapi kemudian saya membaca Alkitab—kadang kala saat kita berada pada sebuah argumen, hal itu membuat kita ingin membaca Alkitab – dan saya melihat bahwa :

Kita diperintahkan untuk bersukacita: Filipi 4:4, ”Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”. Kita diperintahkan untuk memiliki harapan: Mazmur 42:5, ”Berharaplah kepada Tuhan”. Kita diperintahkan untuk takut dan gentar: Lukas 12:5, ”Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka.” Kita diperintahkan untuk berkobar dengan semangat: Roma 12:11, ”...biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Kita diperintahkan untuk menangis: Roma 12:15, ” ... dan menangislah dengan dengan orang yang menangis.” Kita diperintahkan untuk memiliki hasrat: 1 Petrus 2:2, ”Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir yang selalu ingin susu yang murni dan yang rohani.”Ini bukan pilihan. Anda tidak bisa berkata, ”Ok, saya tidak bisa berubah untuk tiba-tiba menjadi begitu berhasrat, jadi bagaimana saya harus mentaatinya? Itu bukan perintah yang sungguh-sungguh. ”Salah! Ya, memang anda tidak bisa mengubah perasaan-perasaan ini menjadi ada atau tidak ada sesuka hati. Tidak, perintah-perintah tersebut tetap merupakan perintah. Di sanalah terletak keputusasaan kita yang telah kita bahas semalam.
Apapun yang saya katakan kepada anda tentang perintah-perintah yang harus anda lakukan saat ini, anda tidak akan bisa melakukannya saat ini, baik dengan kehendak, keputusan ataupun komitmen. Anda hanya bisa melakukannya dengan mujizat. Tidakkah anda merana dan putus asa melihat kenyataan ini? Bukankah suatu hal yang membuat kita merana dan putus asa saat kita diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk melakukan hal-hal yang tidak mungkin kita lakukan? Apabila hati anda benar, anda akan melakukannya. Kita adalah umat yang bobrok dan kita diperintahkan untuk memiliki hati yang lembut: ”Berbaik hatilah kamu diantara sesamamu, dan milikilah hati yang lembut.” Anda tidak bisa cukup berkata bahwa pengampunan berarti berkata, ”Maaf.” anda harus benar-benar merasakannya.
Kita diperintahkan untuk bersyukur. Ambillah contoh, pada pagi hari di hari Natal, seorang anak kecil mendapatkan hadiah dari neneknya ... dan hadiahnya berisi kaos kaki hitam! Sungguh menjijikkan. Tak seorang anakpun menginginkan hadiah kaos kaki berwarna hitam, apalagi pada hari natal. Dan anda berkata kepada anak tersebut,” Ayo, bilang terima kasih kepada nenek.” Dan kemudian anak tersebut bilang ,”Terima kasih atas hadiah kaos kakinya.” Contoh seperti ini bukanlah seperti apa yang dimaksudkan alkitab. Anak tersebut mau berterima kasih karena anda menyuruhnya. Tetapi dia tidak akan bisa merasakan ’terima kasih’ yang sesungguhnya karena andalah yang menyuruh berterima kasih. Begitupun anda, anda tidak akan bisa merasakan rasa terima kasih anda kepada Tuhan dengan kehendak anda sendiri, seperti yang tertulis dalam Efesus 5:20 untuk ”mengucap syukur senantiasa atas segala sesuatu.” Jadi, kita tidak akan mampu, jika Tuhan tidak bekerja.

Keberatan nomor 3? Saya tidak membelinya. Saya tidak percaya bahwa saya memindahkan kasih sayang dan perasaan dan emosi menjadi lebih tinggi dari apa yang dilakukan Alkitab. Saya kira, saya akan balik lagi terhadap hal-hal diatas dimana keputusan dan kapasitas manusia lah yang diandalkan, penindasan komitmen dan kehendak kaum Amerika dengan falsafahnya yang menunjukkan bahwa mereka mampu melakukannya sendiri sudah tumbang karena hal-hal tersebut berada di luar kontrol kita.

4. Bagaimana dengan visi terhormat untuk melayani Tuhan?

Bukankan melayani Tuhan itu adalah tugas kita? Piper, tidak ada kesan melayani bila cara bicara anda tentang Kekristenan bernada begitu. Kedengarannya tidak sama dengan arti melayani – penuh dengan tugas, bangkit terhadap tantangan untuk menjalankan kehendak Tuhan bila terasa berat.

Saya ingin merespon berdasarkan apa yang telah saya pelajari. ”Mari kita lihat beberapa teks yang membentuk perumpamaan sifat kepelayanan.” Semua perumpamaan tentang hubungan anda dengan Tuhan, baik itu hubungan sebagai pelayan, atau anak, atau teman, semuanya memiliki elemen-elemen yang apabila anda tekankan, hal itu akan kelihatan salah/palsu. Di lain pihak, hubungan-hubungan itu juga memiliki elemen-elemen yang apabila anda tekankan akan kelihatan asli/benar. Jadi apakah yang benar dan apakah yang salah dalam analogi sifat kepelayanan?

Bacaan yang akan membantu anda memisahkan keduanya sehingga anda tidak sembrono saat anda melayani adalah bacaan seperti Kisah Rasul 17:25, ”Tuhan tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang”. Tuhan bukan dilayani. Berhati-hatilah. Dia tidak dilayani seolah-olah Dia memerlukan anda atau pelayanan anda. Tidak. Bacalah dari bacaan seperti Markus 10:45: ”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Dia datang tidak untuk dilayani. Hati-hati! Bila anda berpikir anda bisa melayaniNya anda melanggar tujuanNya! Membingungkan bukan? Dalam hampir setiap suratnya, Paulus menyebut dirinya Pelayan Allah. Dan dalam bacaan kita dari Kisah Rasul 17:25 dan Markus 10: 45 mengatakan bahwa Tuhan tidak dilayani dan anak Manusia datang bukan untuk dilayani. Nah, pasti ada bentuk-bentuk pelayanan yang baik dan pelayanan yang jahat. Apa sih pelayanan yang baik itu?

Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang digambarkan dalam 1 Petrus 4:11: ”Jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus.” Tuhan tidak dilayani oleh tangan manusia seolah-olah Dia memerlukan sesuatu. Anda harus menemukan cara untuk memuji, mengetik makalah, mendengarkan dosen, menyetir mobil, mengganti popok, melayankan firman sedemikian sehingga anda selalu menjadi penerima. Karena sang Pemberi menerima kemuliaan dan si penerima menerima sukacita. Kapanpun kita melakukan hal-hal yang melanggar Kitab Kisah Rasul 17:25 –”Tuhan tidak dilayani oleh tangan manusia (seolah-olah Dia menjadi penerima) seolah-olah Dia memerlukan sesuatu” – kita sudah melakukan kesalahan.

Kemarin saya memberikan ilustrasi tentang tim kepemimpinan dalam konferensi ini, dari Mateus 6:24 tentang pelayanan dimana tertulis, ”Tak seorangpun dapat mengabdi pada 2 tuan. Karena dengan demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Jadi, disinilah kita berbicara tentang pelayanan. Bagaimana anda ’melayani’ uang? Anda tidak melayani uang dengan cara memenuhi kebutuhan uang tersebut. Anda melayani uang dengan cara menyikapi kehidupan anda dengan tegas, dengan semua energi dan waktu dan usaha anda agar uang yang ada pada anda memberikan manfaat pada anda. Pikiran anda berputar-putar dengan angan-angan bagaimana cara terbaik untuk investasi, bagaimana mendapatkan harga yang terbaik, bagaimana cara investasi yang menguntungkan, dan anda tenggelam dengan pikiran-pikiran tentang bagaimana mencari keuntungan dari uang, karena uang adalah sumber anda.

Apabila cara anda memperlakukan uang sudah benar, lantas bagaimana anda melayani Tuhan?Pada intinya sama : anda mempunyai sikap, dan anda membelokkan kehidupan anda, dan anda benar-benar mempersembahkan tenaga dan usaha dan waktu dan kreatifitas untuk menentukan posisi anda dibawah siraman ’air terjun’ berkat Tuhan yang terus menerus anda rasakan, sehingga Dia tetap menjadi sumber dan anda tetap menjadi penerima yang kosong. Tetap saja andalah yang mendapatkan keuntungannya, dan Dia tetap berposisi sebagai Pemberi, anda tetap berposisi lapar dan Dialah yang menjadi rotinya; anda tetap merasa haus dan Dialah yang menjadi air. Anda tidak perlu mencoba melakukan peran Tuhan yang sebenarnya berlawanan. Kita harus menemukan cara untuk melayani yang berada dalam kekuatan yang disediakan oleh Tuhan. Saya berada pada babak akhir penerimaan saat saya melayani. Jika tidak demikian maka saya bisa saja menempatkan Tuhan sebagai penerima manfaat dan sayalah yang memberikan manfaat, dan sekarang saya menjadi Tuhan. Dan ada banyak agama yang berpandangan demikian di dunia ini. Dengan demikian keberatan nomor 4 runtuh.

5. Bukankah anda membuat diri anda menjadi pusat?

”Anda berbicara tentang mengejar sukacita dan kesenangan. Anda berbicara tentang tugas sebagai hal lain selain dari apa yang anda tahu, dan anda bilang bahwa kita harus berhati-hati tentang pelayanan. Kedengarannya sepertinya anda membelokkan dan memanipulasi bahasa Alkitab untuk membuat diri anda sendiri menjadi pusat.” Bukankah hal itu akan menjadi kritik yang menghancurkan?

Inilah jawaban saya: Saya sudah menikah selama 28 tahun per tanggal 21 Desember ini. Saya sangat mencintai Noel. Banyak hal yang kami alami bersama, saat-saat yang benar-benar indah dan saat-saat yang benar-benar berat. Kami sudah menyaksikan anak-anak remaja kami melalui masa-masa remaja yang cukup sulit. Saya paling gampang menangis apabila saya berpikir tentang anak-anak saya dan putri kecil saya. Misalnya saya pulang pada tanggal 21 Desember dengan 28 bunga mawar merah yang saya pegang di belakang punggung saya dan saya tekan bel pintu dan saat Noel membukakan pintu, tampak bingung, mengapa saya harus tekan bel di rumah sendiri, kemudian saya keluarkan ke-28 mawar merah tersebut dan berkata, ”Selamat merayakan ulang tahun pernikahan kita, Noel.” Dan Noel berkata, ”Johnny, mawar-mawar itu sungguh cantik luar biasa! Mengapa kamu melakukan ini semua?” Dan saya menjawab, ”Ini adalah tugas saya.”

Jawaban di atas salah. Mari kita ulangi lagi.

(Ding-dong)—”Selamat merayakan ulang tahun pernikahan kita, Noel!” – ”Johnny, mawar-mawar itu sungguh cantik luar biasa! Mengapa kamu melakukan ini semua?”—”Tidak ada yang membuatku lebih bahagia daripada membelikanmu mawar-mawar itu. Kenapa kamu tidak segera ganti baju karena saya sudah mencari suster dan kita bisa jalan-jalan keluar, melakukan sesuatu yang istimewa malam ini, karena tidak ada satu hal pun yang ingin saya lakukan kecuali menghabiskan senja ini bersamamu.”

Jawaban kali ini benar.

Mengapa? Mengapa dia tidak mengatakan, ”Kamu adalah seorang Hedonis Kristen yang paling egois yang pernah saya temui! Apa yang kamu pikirkan hanyalah hal-hal yang membuatmu bahagia!” Apa yang terjadi di sini? Kenapa tugas menjadi jawaban yang salah dan kesenangan menjadi jawaban yang benar?Apakah anda memahami hal ini?

Apabila saat mendengarkan kisah ini anda bisa memahaminya, saya akan pulang ke Minneapolis dan bersorak memuji Tuhan. Istri saya merasa sangat tersanjung oleh saya apabila saya mendapatkan kepuasan darinya. Jika saya mencoba mengubah hubungan kami menjadi hubungan pelayanan, menjadi hubungan tugas pelayanan dimana saya tidak mengejar kesenangan saya dengannya, dia akan merasa tidak berguna.....dan Tuhanpun demikian. Suatu saat nanti apabila anda tiba di surga dan Bapa melihat anda dan berkata, ”Mengapa kamu ada di sini? Mengapa kamu menyerahkan hidupmu sepenuhnya untuk Aku?” maka lebih baik anda tidak mengatakan hal ini, “Oh, ini kan tugas saya untuk datang, karena saya adalah seorang Kristen.” Lebih baik anda katakan begini, “Kemana lagi saya akan pergi? Kepada siapa lagi saya bisa datang? Tuhanlah kerinduan jiwa saya. Dan inilah inti konferensi ini. Konferensi ini adalah tentang 2 hal besar yang secara bersamaan dimiliki oleh ke-268 keturunan dari Yesaya 26:8: yaitu adalah kerinduan Tuhan akan kemasyuran namaNya dan kerinduan hatiku untuk dipuaskan dalam segala keinginan jiwaku. Kedua hal tersebut adalah hal-hal yang tidak akan goyah di dalam dunia ini. Dan saya harap anda bisa melihat kedua hal tersebut sebagai satu kesatuan, karena Tuhan dan namaNya dan kemasyuranNya akan mendapatkan kemuliaan tertinggi saat saya merasa dipuaskan di dalam Dia.

Navigation
Volunteer Tools
Other Wikis
Toolbox