Expositional Preaching and Application/id

From Gospel Translations

(Difference between revisions)
Jump to:navigation, search
m (New page: {{MasterHeader |author= Mark Dever |partnerurl= http://www.9Marks.org |partner= 9Marks |date= |other= |categorytopic= Preaching |mediatype= Article |lang= English |editor= n/a |translator=...)
Line 5: Line 5:
Oleh Mark Dever
Oleh Mark Dever
-
Suatu hari saya di
+
Suatu hari saya mendapat pertanyaan yang saya sadari sering ditanyakan kepada saya—ketika Anda berkhotbah secara eksposisi, bagaimana Anda mengaplikasikan teks dalam khotbah?
-
The other day I was asked a question that I realize has often been asked of me¯when you preach expositionally, how do you apply the text in the sermon?
+
Pertama, kita harus memperhatikan bahwa di balik pertanyaan ini, bisa jadi ada banyak asumsi yang perlu dipertanyakan. Penanya mungkin mengingat khotbah-khotbah "eksposisi" yang telah didengarnya (atau mungkin bahkan dikhotbahkannya) yang tidak ada bedanya dengan kuliah Alkitab di perguruan tinggi atau seminari. Khotbah-khotbah ini mungkin strukturnya baik dan akurat, tetapi nampaknya hanya ada sedikit dorongan kesalehan atau hikmat penggembalaan di dalamnya. Khotbah-khotbah eksposisi ini mungkin hanya punya sedikit, jika ada, aplikasi. Di lain pihak, penanya bisa jadi salah mengerti aplikasi. Mungkin ada banyak aplikasi dalam khotbah-khotbah yang dipertanyakannya, tapi ia tidak mengenalinya. 
-
First, we should note that behind this question, there may be many questionable assumptions. The questioner may be remembering "expositional" sermons he has heard (or maybe even preached) which were no different from Bible lectures at college or seminary. They may have been well-structured and accurate, but there seemed to be little godly urgency, or pastoral wisdom in them. These expositional sermons may have had little if any application. On the other hand, the questioner may be simply misunderstanding application. There could have been a great deal of application in the sermons in question, but he may simply not have recognized it.
+
William Perkins, teolog Puritan abad ke-16 di Cambridge, mengajar pengkhotbah-pengkhotbah untuk membayangkan macam-macam pendengar yang akan mendengarkan khotbah mereka, dan untuk memikirkan aplikasi-aplikasi kebenaran yang dikhotbahkan kepada macam-macam hati—orang berdosa yang keras, orang yang ragu-ragu dan bertanya-tanya, orang Kristen yang lelah, orang muda yang antusias—dan masih banyak lagi. Akan tetapi, saya mau mendekati pertanyaan tersebut dengan sedikit berbeda. Banyak dari kita yang dipanggil untuk mengkhotbahkan Firman Allah pasti sudah tahu hal ini, tapi akan membantu untuk mengingatkan kita lagi akan kenyataan ini: Bukan saja ada bermacam-macam pendengar, tapi ada juga bermacam-macam aplikasi yang semuanya merupakan aplikasi yang sah.  
-
William Perkins, the great sixteenth-century puritan theologian in Cambridge, instructed preachers to imagine the various kinds of hearers who would be listening to their sermons, and to think through applications of the truth preached to several different kinds of hearts¯hardened sinners, questioning doubters, weary saints, young enthusiasts¯the list goes on and on. I want to approach the question slightly differently, though. Many of us who are called to preach God's Word will surely know this already, but it will be helpful to remind ourselves again of this fact: Not only are there different kinds of hearers, but there are also different kinds of application which are themselves all legitimately considered application.
+
Ketika saya mengkhotbahkan Firman, saya dipanggil untuk menguraikan Kitab Suci, untuk mengambil sebagian dari Firman Allah dan menjelaskannya dengan jelas, dengan kuasa, bahkan dengan mendesak. Dalam proses ini, sedikitnya ada tiga macam aplikasi yang merefleksikan tiga macam problem yang kita temui dalam perjalanan hidup Kristen kita sendiri. Pertama, kita bergumul dengan ketidaktahuan. Kedua, kita bergumul dengan keraguan, seringkali lebih dari yang pada awalnya kita sadari. Terakhir, kita berdosa entah melalui tindakan ketidaktaatan langsung, atau melalui kelalaian yang berdosa. Dalam ketiganya kita berharap melihat perubahan dalam diri kita dan pendengar kita setiap kali kita mengkhotbahkan Firman Allah. Dan masing-masing menghasilkan setiap aplikasi yang berbeda.  
-
When I preach the Word, I am called to expound the Scriptures, to take a passage of God's Word and explain it clearly, compellingly, even urgently. In this process, there are at least three different kinds of application which reflect three different kinds of problems we find in our own Christian pilgrimage. First, we struggle under the blight of ignorance. Second, we wrestle with doubt, often more than we at first realize. Finally, we sin¯whether through direct disobedient acts, or through sinful negligence. All three of these we long to see changed in us and our hearers every time we preach God's Word. And each gives rise to a different kind of legitimate application.
+
Ketidaktahuan merupakan masalah mendasar dalam dunia yang jatuh. Kita telah mengasingkan Allah. Kita memutuskan diri kita dari persekutuan langsung dengan Pencipta kita. Karena itu, tidak mengherankan kalau memberi tahu orang kebenaran tentang Allah adalah semacam aplikasi yang berkuasa—dan yang sungguh-sungguh kita perlukan. Ini bukan dalih bagi khotbah yang dingin atau tidak bersemangat. Saya dapat menjadi sama (dan lebih) bergairahnya terhadap kalimat-kalimat indikatif seperti terhadap kalimat-kalimat imperatif. Perintah-perintah Injil untuk bertobat dan percaya tidak berarti apa-apa tanpa pernyataan indikatif mengenai Allah, diri kita, dan Kristus. Informasi itu vital. Kita dipanggil untuk mengajar kebenaran, untuk menyerukan pesan yang agung mengenai Allah. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari ketidaktahuan kepada pengetahuan akan kebenaran. Pemberitahuan sepenuh hati seperti ini adalah aplikasi.  
-
Ignorance is a fundamental problem in a fallen world. We have alienated God from us. We have cut ourselves off from direct fellowship with our Creator. It is not surprising then that informing people of the truth about God is itself a powerful type of application¯and one which we desperately need. This is not an excuse for cold or passionless sermons. I can be every bit as excited (and more) by indicative statements as I can be by imperative commands. The commands of the gospel to repent and believe mean nothing apart from the indicative statements about God, ourselves and Christ. Information is vital. We are called to teach the truth, to proclaim a great message about God. We want people who hear our messages to change from ignorance to knowledge of the truth. Such heartfelt informing is application.
+
Keraguan berbeda dari ketidaktahuan biasa. Dalam keraguan, kita mengambil ide-ide atau kebenaran yang kita kenal, dan kita mempertanyakan mereka. Kesangsian seperti ini tidak jarang di antara orang Kristen. Malah, keraguan bisa jadi merupakan isu yang paling penting untuk ditelusuri dengan penuh pengertian dan ditantang dengan tuntas dalam khotbah kita. Kita kadang-kadang mengira bahwa sedikit apologetika sebelum pertobatan adalah satu-satunya waktu di mana kita sebagai pengkhotbah perlu menjawab keraguan, tapi bukan begitu. Beberapa orang yang duduk dan mendengarkan khotbah Anda Minggu kemarin, dan yang tahu fakta-fakta yang Anda sebutkan mengenai Kristus, Allah, atau Onesimus, mungkin sedang bergumul apakah mereka sungguh-sungguh percaya fakta-fakta tersebut adalah benar. Kadang-kadang keraguan seperti itu bahkan tidak nampak. Kita sendiri mungkin tidak sadar kalau kita ragu. Tapi ketika kita mulai menelusuri Alkitab, kita menemukan dalam bayang-bayang pertanyaan, ketidakpastian, dan keragu-raguan, semuanya membuat kita sadar akan tarikan keraguan, jauh di sana, menarik kita dari jalan musafir yang setia. Bagi orang seperti itu—mungkin bagi bagian hati kita sendiri yang seperti itu—kita ingin memberi alasan bagi dan mendesakkan kebenaran Firman Allah dan urgensi untuk mempercayainya. Kita dipanggil untuk mendorong para pendengar untuk percaya kebenaran Firman Allah. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari keraguan kepada kepercayaan sepenuh hati akan kebenaran. Khotbah tentang kebenaran yang mendesak, dan menelusuri semacam ini adalah aplikasi.  
-
Doubt is different than simple ignorance. In doubt, we take ideas or truths familiar to us, and we question them. This kind of questioning is not rare among Christians. In fact, doubt may well be one of the most important issues to be thoughtfully explored and thoroughly challenged in our preaching. We may sometimes imagine that a little pre-conversion apologetics is the only time we preachers need to directly address doubt, but this is not the case. Some people who sat and listened to your sermon last Sunday, and who knew all the facts that you mentioned about Christ, or God, or Onesimus, may well have been struggling with whether or not they really believed those very facts to be true. Sometimes such doubt is not even articulated. We may not even be aware of it ourselves. But when we begin searchingly to consider Scripture, we find lingering in the shadows questions and uncertainties and hesitancies, all of which make us sadly aware of that gravitational pull of doubt, off there in the distance, drawing us away from the faithful pilgrim's path. To such people¯perhaps to such parts of our own hearts¯we want to argue for and to urge the truthfulness of God's Word and the urgency of believing it. We are called to urge on hearers the truthfulness of God's Word. We want people who hear our messages to change from doubt to full-hearted belief of the truth. Such urgent, searching preaching of the truth is application.
+
Dosa, juga, adalah suatu masalah dalam dunia yang jatuh ini. Ketidaktahuan dan keraguan bisa jadi merupakan dosa itu sendiri, atau akibat dosa-dosa tertentu, atau bukan dua-duanya. Tapi dosa tentu lebih dari kelalaian atau keraguan. Ketahuilah bahwa orang yang mendengar khotbah Anda bergumul dengan ketidaktaatan kepada Allah dalam minggu yang baru lewat, dan mereka hampir pasti bergumul dengan ketidaktaatan dalam minggu yang baru mereka mulai. Dosa-dosa mereka bermacam-macam. Beberapa berupa ketidaktaatan melakukan sesuatu; yang lain berupa ketidaktaatan tidak melakukan sesuatu. Tapi entah itu melakukan atau tidak melakukan, dosa adalah ketidaktaatan kepada Allah. Sebagian dari apa yang kita harus lakukan ketika berkhotbah yaitu menantang umat Allah untuk hidup suci, yang mencerminkan kesucian Allah sendiri. Jadi bagian dari aplikasi Alkitab yang kita khotbahkan adalah menarik implikasi-implikasi dari bacaan kita bagi tindakan kita dalam minggu itu. Kita sebagai pengkhotbah dipanggil untuk menghimbau umat Allah untuk taat kepada Firman-Nya. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari ketidaktaatan yang berdosa, kepada ketaatan yang bersukacita dan bahagia kepada Allah, menurut kehendak-Nya yang dinyatakan dalam firman-Nya. Himbauan untuk taat seperti ini tentu merupakan aplikasi.  
-
Sin, too, is a problem in this fallen world. Ignorance and doubt may be either themselves specific sins, or the result of specific sins, or neither. But sin is certainly more than neglect or doubt. Be assured that people listening to your sermons will have struggled with disobeying God in the week just passed, and they will almost certainly struggle with disobeying him in the week that they are just beginning. The sins will be various. Some will be a disobedience of action; others will be a disobedience of inaction. But whether of commission or omission, sins are disobedience to God. Part of what we are to do when we preach is to challenge God's people to a holiness of life that will reflect the holiness of God Himself. So part of our applying the passage of Scripture we're preaching is to draw out what the implications of that passage for our actions this week. We as preachers are called to exhort God's people to obedience to His Word. We want people who hear our message to change from sinful disobedience, to joyful, glad obedience to God, according to His will revealed in His word. Such exhortation to obedience is certainly application.
+
Pesan utama yang kita perlu terapkan setiap kali kita berkhotbah adalah Injil. Beberapa orang belum mengenal Kabar Baik Yesus Kristus. Beberapa orang bahkan yang selama ini duduk mendengar khotbah Anda mungkin terganggu, mengantuk, melamun, atau tidak memperhatikan. Mereka perlu mendengar Injil. Mereka perlu diberi tahu.
-
The main message that we need to apply every time we preach is the gospel. Some people do not yet know the Good News of Jesus Christ. Some people even who have been sitting under your preaching may have been distracted, or asleep, or day-dreaming, or otherwise not paying attention. They need to be informed of the Gospel. They need to be told.
+
Yang lain mungkin pernah mendengar, mengerti, dan bahkan sungguh-sungguh menerima kebenarannya, tapi sekarang menemukan diri mereka bergumul dengan keraguan tentang hal-hal yang Anda bahas (atau asumsikan) dalam khotbah Anda. Orang-orang seperti ini perlu didorong untuk percaya kebenaran Kabar Baik Kristus.  
-
Others may have heard, understood, and perhaps even genuinely have accepted the truth, but now find themselves struggling with doubt about the very matters you were addressing (or assuming) in your message. Such people need to be urged to believe the truth of the Good News of Christ.
+
Dan, juga, orang mungkin telah mendengar dan mengerti, tapi mungkin lambat untuk bertobat dari dosa-dosa mereka. Mereka bahkan mungkin tidak meragukan kebenaran apa yang Anda katakan; mereka mungkin lambat untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan berpaling kepada Kristus.  
And, too, people may have heard and understood, but may be slow to repent of their sins. They may not even doubt the truth of what you're saying; they may simply be slow to repent of their sins and to turn to Christ. For such hearers, the most powerful application you can make is to exhort them to hate their sins and flee to Christ. In all our sermons, we should seek to apply the Gospel by informing, urging and exhorting.
And, too, people may have heard and understood, but may be slow to repent of their sins. They may not even doubt the truth of what you're saying; they may simply be slow to repent of their sins and to turn to Christ. For such hearers, the most powerful application you can make is to exhort them to hate their sins and flee to Christ. In all our sermons, we should seek to apply the Gospel by informing, urging and exhorting.

Revision as of 07:21, 9 February 2008

 

Notice: This template is no longer in use. Please use {{Info}} instead.

Khotbah Eksposisi dan Aplikasi

Oleh Mark Dever

Suatu hari saya mendapat pertanyaan yang saya sadari sering ditanyakan kepada saya—ketika Anda berkhotbah secara eksposisi, bagaimana Anda mengaplikasikan teks dalam khotbah?

Pertama, kita harus memperhatikan bahwa di balik pertanyaan ini, bisa jadi ada banyak asumsi yang perlu dipertanyakan. Penanya mungkin mengingat khotbah-khotbah "eksposisi" yang telah didengarnya (atau mungkin bahkan dikhotbahkannya) yang tidak ada bedanya dengan kuliah Alkitab di perguruan tinggi atau seminari. Khotbah-khotbah ini mungkin strukturnya baik dan akurat, tetapi nampaknya hanya ada sedikit dorongan kesalehan atau hikmat penggembalaan di dalamnya. Khotbah-khotbah eksposisi ini mungkin hanya punya sedikit, jika ada, aplikasi. Di lain pihak, penanya bisa jadi salah mengerti aplikasi. Mungkin ada banyak aplikasi dalam khotbah-khotbah yang dipertanyakannya, tapi ia tidak mengenalinya.

William Perkins, teolog Puritan abad ke-16 di Cambridge, mengajar pengkhotbah-pengkhotbah untuk membayangkan macam-macam pendengar yang akan mendengarkan khotbah mereka, dan untuk memikirkan aplikasi-aplikasi kebenaran yang dikhotbahkan kepada macam-macam hati—orang berdosa yang keras, orang yang ragu-ragu dan bertanya-tanya, orang Kristen yang lelah, orang muda yang antusias—dan masih banyak lagi. Akan tetapi, saya mau mendekati pertanyaan tersebut dengan sedikit berbeda. Banyak dari kita yang dipanggil untuk mengkhotbahkan Firman Allah pasti sudah tahu hal ini, tapi akan membantu untuk mengingatkan kita lagi akan kenyataan ini: Bukan saja ada bermacam-macam pendengar, tapi ada juga bermacam-macam aplikasi yang semuanya merupakan aplikasi yang sah.

Ketika saya mengkhotbahkan Firman, saya dipanggil untuk menguraikan Kitab Suci, untuk mengambil sebagian dari Firman Allah dan menjelaskannya dengan jelas, dengan kuasa, bahkan dengan mendesak. Dalam proses ini, sedikitnya ada tiga macam aplikasi yang merefleksikan tiga macam problem yang kita temui dalam perjalanan hidup Kristen kita sendiri. Pertama, kita bergumul dengan ketidaktahuan. Kedua, kita bergumul dengan keraguan, seringkali lebih dari yang pada awalnya kita sadari. Terakhir, kita berdosa entah melalui tindakan ketidaktaatan langsung, atau melalui kelalaian yang berdosa. Dalam ketiganya kita berharap melihat perubahan dalam diri kita dan pendengar kita setiap kali kita mengkhotbahkan Firman Allah. Dan masing-masing menghasilkan setiap aplikasi yang berbeda.

Ketidaktahuan merupakan masalah mendasar dalam dunia yang jatuh. Kita telah mengasingkan Allah. Kita memutuskan diri kita dari persekutuan langsung dengan Pencipta kita. Karena itu, tidak mengherankan kalau memberi tahu orang kebenaran tentang Allah adalah semacam aplikasi yang berkuasa—dan yang sungguh-sungguh kita perlukan. Ini bukan dalih bagi khotbah yang dingin atau tidak bersemangat. Saya dapat menjadi sama (dan lebih) bergairahnya terhadap kalimat-kalimat indikatif seperti terhadap kalimat-kalimat imperatif. Perintah-perintah Injil untuk bertobat dan percaya tidak berarti apa-apa tanpa pernyataan indikatif mengenai Allah, diri kita, dan Kristus. Informasi itu vital. Kita dipanggil untuk mengajar kebenaran, untuk menyerukan pesan yang agung mengenai Allah. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari ketidaktahuan kepada pengetahuan akan kebenaran. Pemberitahuan sepenuh hati seperti ini adalah aplikasi.

Keraguan berbeda dari ketidaktahuan biasa. Dalam keraguan, kita mengambil ide-ide atau kebenaran yang kita kenal, dan kita mempertanyakan mereka. Kesangsian seperti ini tidak jarang di antara orang Kristen. Malah, keraguan bisa jadi merupakan isu yang paling penting untuk ditelusuri dengan penuh pengertian dan ditantang dengan tuntas dalam khotbah kita. Kita kadang-kadang mengira bahwa sedikit apologetika sebelum pertobatan adalah satu-satunya waktu di mana kita sebagai pengkhotbah perlu menjawab keraguan, tapi bukan begitu. Beberapa orang yang duduk dan mendengarkan khotbah Anda Minggu kemarin, dan yang tahu fakta-fakta yang Anda sebutkan mengenai Kristus, Allah, atau Onesimus, mungkin sedang bergumul apakah mereka sungguh-sungguh percaya fakta-fakta tersebut adalah benar. Kadang-kadang keraguan seperti itu bahkan tidak nampak. Kita sendiri mungkin tidak sadar kalau kita ragu. Tapi ketika kita mulai menelusuri Alkitab, kita menemukan dalam bayang-bayang pertanyaan, ketidakpastian, dan keragu-raguan, semuanya membuat kita sadar akan tarikan keraguan, jauh di sana, menarik kita dari jalan musafir yang setia. Bagi orang seperti itu—mungkin bagi bagian hati kita sendiri yang seperti itu—kita ingin memberi alasan bagi dan mendesakkan kebenaran Firman Allah dan urgensi untuk mempercayainya. Kita dipanggil untuk mendorong para pendengar untuk percaya kebenaran Firman Allah. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari keraguan kepada kepercayaan sepenuh hati akan kebenaran. Khotbah tentang kebenaran yang mendesak, dan menelusuri semacam ini adalah aplikasi.

Dosa, juga, adalah suatu masalah dalam dunia yang jatuh ini. Ketidaktahuan dan keraguan bisa jadi merupakan dosa itu sendiri, atau akibat dosa-dosa tertentu, atau bukan dua-duanya. Tapi dosa tentu lebih dari kelalaian atau keraguan. Ketahuilah bahwa orang yang mendengar khotbah Anda bergumul dengan ketidaktaatan kepada Allah dalam minggu yang baru lewat, dan mereka hampir pasti bergumul dengan ketidaktaatan dalam minggu yang baru mereka mulai. Dosa-dosa mereka bermacam-macam. Beberapa berupa ketidaktaatan melakukan sesuatu; yang lain berupa ketidaktaatan tidak melakukan sesuatu. Tapi entah itu melakukan atau tidak melakukan, dosa adalah ketidaktaatan kepada Allah. Sebagian dari apa yang kita harus lakukan ketika berkhotbah yaitu menantang umat Allah untuk hidup suci, yang mencerminkan kesucian Allah sendiri. Jadi bagian dari aplikasi Alkitab yang kita khotbahkan adalah menarik implikasi-implikasi dari bacaan kita bagi tindakan kita dalam minggu itu. Kita sebagai pengkhotbah dipanggil untuk menghimbau umat Allah untuk taat kepada Firman-Nya. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari ketidaktaatan yang berdosa, kepada ketaatan yang bersukacita dan bahagia kepada Allah, menurut kehendak-Nya yang dinyatakan dalam firman-Nya. Himbauan untuk taat seperti ini tentu merupakan aplikasi.

Pesan utama yang kita perlu terapkan setiap kali kita berkhotbah adalah Injil. Beberapa orang belum mengenal Kabar Baik Yesus Kristus. Beberapa orang bahkan yang selama ini duduk mendengar khotbah Anda mungkin terganggu, mengantuk, melamun, atau tidak memperhatikan. Mereka perlu mendengar Injil. Mereka perlu diberi tahu.

Yang lain mungkin pernah mendengar, mengerti, dan bahkan sungguh-sungguh menerima kebenarannya, tapi sekarang menemukan diri mereka bergumul dengan keraguan tentang hal-hal yang Anda bahas (atau asumsikan) dalam khotbah Anda. Orang-orang seperti ini perlu didorong untuk percaya kebenaran Kabar Baik Kristus.

Dan, juga, orang mungkin telah mendengar dan mengerti, tapi mungkin lambat untuk bertobat dari dosa-dosa mereka. Mereka bahkan mungkin tidak meragukan kebenaran apa yang Anda katakan; mereka mungkin lambat untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan berpaling kepada Kristus.

And, too, people may have heard and understood, but may be slow to repent of their sins. They may not even doubt the truth of what you're saying; they may simply be slow to repent of their sins and to turn to Christ. For such hearers, the most powerful application you can make is to exhort them to hate their sins and flee to Christ. In all our sermons, we should seek to apply the Gospel by informing, urging and exhorting.

One common challenge we preachers face in applying God's Word in our sermons is that sometimes those who have their problems mainly in one area or another will think that you are NOT applying Scripture in your preaching, if you are not addressing their particular problem. Are they right? Not necessarily. While your preaching might improve if you do start addressing doubt more often, or more thoroughly, it is not wrong for you to preach to those who need to be informed, or who need to be exhorted to forsake sin, even if the person talking to you isn't so aware of that need.

One final note. Proverbs 23:12 says "Apply your heart to instruction and your ears to words of knowledge." In English translations, it seems that the words translated "apply" in the Bible almost always (maybe always?) have reference not to the preacher's work (as homiletics teaches us) nor even to the Holy Spirit's (as systematics rightly teaches us) but to the work of the one who hears the Word. We are called to apply the word to our own hearts, and to apply ourselves to that work.

That, perhaps, is the single most important application we could make next Sunday for the benefit of all of God's people.

Navigation
Volunteer Tools
Other Wikis
Toolbox